Sabtu 26 Feb 2022 05:55 WIB

Mengenang Pembantaian Masjid Ibrahimi pada 1994

Pembantaian Masjid Ibrahimi terjadi saat Ramadhan.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Ani Nursalikah
Pasukan Israel berjaga di sekitar Masjid Ibrahimi di Hebron, Tepi Barat, Palestina. Mengenang Pembantaian Masjid Ibrahimi pada 1994
Foto: WAFA
Pasukan Israel berjaga di sekitar Masjid Ibrahimi di Hebron, Tepi Barat, Palestina. Mengenang Pembantaian Masjid Ibrahimi pada 1994

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Tepat 28 tahun lalu, seorang dokter militer Israel kelahiran AS masuk ke masjid Ibrahimi di Hebron dengan senapan serbu Galil. Saat itu, dini hari, selama bulan suci Ramadhan, ratusan orang Palestina berkumpul di dalam untuk beribadah.

Baruch Goldstein, yang telah beremigrasi ke Israel pada 1983, tinggal di permukiman Kiryat Arba di pinggiran kota. Saat jamaah Muslim sujud, Goldstein melepaskan tembakan secara brutal kepada mereka.

Baca Juga

Dia mengisi ulang, setidaknya sekali, dan melanjutkan serangannya selama mungkin sebelum akhirnya dilumpuhkan dan dipukuli sampai meninggal dunia. Dilansir Wafa, ada 29 jamaah masjid yang meninggal akibat serangan pada 25 Februari 1994 itu dan lebih dari 100 orang terluka.

Pemerintah Israel segera mengeluarkan pernyataan mengutuk tindakan tersebut. Mereka menyatakan Goldstein bertindak sendiri dan memiliki gangguan psikologis.

Pembantaian itu dilaporkan secara luas di media internasional, tetapi banyak orang Palestina terus percaya cerita lengkapnya tidak pernah diceritakan media-media. Sebanyak 29 orang yang tewas di dalam masjid bukan satu-satunya syuhada hari itu. Penduduk setempat memperkirakan jumlah akhir kematian antara 50 dan 70 orang, dan diperkirakan 250 terluka selama hari itu.

Setelah serangan awal di dalam masjid, lebih banyak orang Palestina dibunuh oleh tentara Israel selama protes di luar masjid, di luar rumah sakit ahli Hebron, bahkan di pemakaman lokal. Beberapa orang yang selamat dari pembantaian itu juga melaporkan mereka ditembak oleh seorang pria bersenjata kedua di dalam masjid.

Korban menganggap ini adalah serangan terencana yang telah diketahui oleh militer Israel sebelumnya. Tak seorang pun yang percaya cerita Goldstein bertindak sendirian dan mengalami gangguan psikologis.

Israel memerintahkan 520 bisnis tutup dalam semalam, dan mereka tetap tutup hingga hari ini. Jalan Shuhaha, jalan utama melalui kota, kemudian ditutup.

Goldstein adalah pendukung rabi ekstremis Meir Kahane, seorang Yahudi Ortodoks Amerika yang dikenal karena ideologi ultra-nasionalisnya dan mendirikan partai Kach pada 1971. Kach menganjurkan pemindahan paksa orang-orang Palestina dari Israel dan wilayah Palestina yang diduduki (oPt). Bagi warga Palestina, pembantaian itu merupakan indikasi bahaya yang ditimbulkan oleh proyek permukiman ilegal Israel.

Kehidupan sehari-hari bagi warga Palestina di Hebron, khususnya di Kota Tua, sejak itu menjadi tak dapat ditahan, dengan jalan Al-Shuhada tetap ditutup dan kekerasan pemukim terhadap warga Palestina sering terjadi.

http://english.wafa.ps/Pages/Details/128189

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement