Rabu 16 Feb 2022 05:55 WIB

Mualaf Edy, Takluknya Sang Misionaris di Hadapan Surat Al Ikhlas

Mualaf Edy tertarik dengan kandungan surat Al Ikhlas

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Mualaf Edy tertarik dengan kandungan surat Al Ikhlas
Foto: Dok Istimewa
Mualaf Edy tertarik dengan kandungan surat Al Ikhlas

REPUBLIKA.CO.ID, Hidayah dapat datang dengan melalui berbagai jalan yang dikehendaki Allah SWT. Hal itu pernah dirasakan oleh seorang mualaf, Paulus Edy Prayitno.

Kepada Harian Republika, sosok yang akrab disapa Pak Edy itu menuturkan pengalamannya dalam menemukan Islam. 

Baca Juga

Sebelum tumbuh mendewasa, ia telah melalui masa kecil yang tidak mudah. Berbeda dengan anak-anak pada umumnya, Edy kecil telah merasakan getirnya kehidupan. Waktu itu, dirinya sudah ditinggal wafat ayahanda tercinta.

Bapaknya itu meninggal setelah berjuang melawan penyakit. Sepeninggalan mendiang, ibunda Edy mesti menjadi tulang punggung keluarga. Akan tetapi, dari hari ke hari pekerjaan kian susah didapati.

Karena ibunya nirpenghasilan, Edy kecil pun diasuh oleh pamannya yang merupakan seorang pendeta. Sang paman begitu gembira usai diizinkan mengasuh putra saudaranya itu. Sebab, dirinya merasa mendapatkan seorang anak laki-laki yang kelak bisa meneruskan misi kependetaannya.

Paman saya hanya memiliki anak perempuan. Putrinya itu tidak bisa meneruskan pekerjaan paman saya. "Makanya, saya sejak kecil sudah dididik dengan agamanya (non-Islam)," ujar lelaki yang kini berusia 50 tahun itu, beberapa waktu lalu.

Ia mengenang pola pendidikan yang diterapkan sang paman. Setiap akhir pekan, Edy diharuskan untuk ikut serta dalam berbagai kegiatan keagamaan di gereja. Pada mulanya, ia sebagai seorang anak-anak agak merasa canggung. Terlebih lagi, lingkungan tempat tinggal pamannya itu masih terbilang baru baginya.

Namun, lama-kelamaan Edy menjadi terbiasa.Ia terus aktif di pelbagai organisasi pemuda.Bahkan, dirinya pernah menjadi ketua.

Dengan penuh semangat, remaja itu selalu melaksanakan misi-misi yang diberikan kepadanya. Satu kewajiban yang harus dilaksana kannya adalah mengajak sebanyak-banyaknya orang untuk beriman pada agama non-Islam ini. Dikatakannya, setiap orang harus membawa satu orang lain untuk sama-sama memeluk agama nontauhid tersebut.

Berkat gemblengan pamannya, Edy pun tumbuh menjadi seorang pelaksana misi yang tangguh. Kesulitan apa pun yang terjadi di lapangan, itu terus dihadapinya dengan piawai. Ia mengunjungi banyak daerah demi melaksanakan tugas syiar agama non-Islam itu. Bahkan, pernah pemuda ini dikirim ke daerah-daerah terpencil di Jawa Timur.

Baca juga: Kisah Puji dan Agus, Suami Istri yang Bersama-sama Masuk Islam

 

Begitu lulus SMA, Edy semakin mantap menjalankan misinya. Sementara itu, pamannya ingin agar keponakannya itu kelak dapat menggantikannya sebagai pendeta. Edy pun menempuh pendidikan sarjana atau S-1 dalam bidang agama yang sedang dianutnya saat itu. 

Pada masa kuliah, Edy mulai lebih terbuka. Dalam arti, ia memperluas jaringan pertema nannya. Kawan-kawannya bukan hanya dari yang seiman, melainkan juga yang berlainan agama dengannya saat itu. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement