Sebuah pernyataan bersama yang didukung oleh kelompok-kelompok ini mengatakan mereka berdiri dalam solidaritas dengan wanita Muslim, terlepas mereka mengenakan jilbab atau tidak, agar diperlakukan dengan hormat dan menikmati hak sepenuhnya.
Kritik lain muncul terhadap pemerintah India, yang merasa larangan jilbab adalah bagian dari agenda yang lebih besar dari BJP yang berkuasa. Mereka menuduh pemerintah secara aktif bersekongkol dan mempromosikan kebencian anti-Muslim.
Baru-baru ini, berbagai simbol yang terkait dengan agama Islam telah diserang di negara ini. Ada petisi yang menyerukan pelarangan adzan, sedangkan masyarakat juga dilarang melaksanakan sholat Jumat di beberapa tempat yang telah ditentukan.
“Semua simbol dan perwujudan fisik dari keyakinan Islam sedang diserang. Ini untuk mendorong umat Islam keluar dari ruang publik, mendorong mereka ke dalam ghetto mereka, menyangkal hak-hak mereka,” kata Fatima.
Mantan kepala Amnesty International di India, Aakar Patel, percaya negara bagian India melegitimasi, mendorong dan mengalihkan kekerasan terhadap Muslim di negara itu.
"[Larangan] hijab harus dilihat dari perspektif itu. BJP dan [Perdana Menteri] Modi percaya pada ideologi Hindutva yang mengekspresikan dirinya, terutama dalam bentuk kebencian terhadap Muslim," kata Aakar.
Baca juga: Pidato Guru Besar Hamid Fahmy Zarkasyi: Pandangan Hidup Inspirasi Peradaban Islam
Meski demikian, BJP mengatakan ada agenda tersembunyi di balik seluruh kontroversi. Kepala Juru Bicara BJP di Karnataka, Ganesh Karnik, menyebut gadis-gadis berhijab ini telah dilatih dan dikondisikan untuk mengangkat isu-isu semacam itu atas nama kebebasan memilih dan beragama.
"Ada norma dan pedoman tertentu dari sekolah yang harus diikuti siswa. Selama masuk ke perguruan tinggi ini, mereka telah menandatangani dokumen yang mengatakan mereka akan mengikuti aturan," kata dia.
Sumber: trtworld