REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sekretaris Jenderal (Sekjen) Badan Kerja Sama Pondok Pesantren Indonesia (BKsPPI) Akhmad Alim menitipkan sejumlah pesan bagi Majelis Masayikh yang baru-baru ini dilantik Menteri Agama. Salah satunya, melestarikan kultur pendidikan namun tetap bisa menjawab tantangan zaman.
"Majelis Masayikh itu penting, karena ini amanah Undang-Undang Pesantren. Keberadaannya harus betul-betul menjadi pilar untuk menjaga kelestarian pesantren," ujar dia saat dihubungi Republika, Rabu (2/2).
Ia menyebut, fokus keberadaan majelis ini untuk mengawal orisinalitas dan ideologi pesantren, juga melestarikan kultur-kultur pesantren. Dari sisi kurikulum, keberadaannya penting untuk menjaga apa yang sudah digunakan oleh para Salafus Sholeh yang terdahulu, sekaligus harus bisa menjawab tantangan zaman.
Selanjutnya, ia menyebut Majelis Masayikh hendaklah mengayomi dan menjadi representasi semua jenis pesantren yang sesuai amanat UU Pesantren. Dalam UU tersebut, ada tiga jenis pesantren yang diakui, yaitu pesantren kitab kuning / tradisional /mu'allimin, sistem pesantren modern, serta pesantren terpadu atau muadalah.
"Itu semua hendaklah diayomi dan dilindungi agar asas berkeadilan itu penting, sehingga tidak terjadi kecemburuan atau konflik di dunia internal pesantren itu sendiri," lanjutnya.
Akhmad Alim lantas menyebut tugas lain dari Majelis Masayikh adalah mengembangkan kurikulum pesantren, tanpa menghilangkan kekhasan pesantren. Kurikulum yang ada di pesantren itu harus terus diperbarui agar tidak ketinggalan zaman, tapi di sisi lain tidak menghilangkan ciri khasnya.
Mutu pesantren juga harus ikut diangkat dan dijaga dengan kerja-kerja dari majelis tersebut. Jika pesantren tidak bermutu, maka bisa menjadi bumerang bagi bangsa dan beban zaman. Hal ini dilakukan agar pesantren bisa menjadi model pendidikan ideal nasional yang terdepan.
Jika dilihat dari sejarahnya, pesantren merupakan pendidikan tertua di Indonesia, sekaligus produk asli dari negeri ini. Peantren harus berada di barisan paling depan dalam mengawal peradaban dunia dan khususnya peradaban bangsa ini.
"Berikutnya, hendaklah senantiasa mengembangkan kompetensi pengasuh pesantren, guru, tenaga pendidikan, serta setiap pihak yang terlibat dalam proses pendidikan di pesantren. Hal ini dilakukan supaya betul-betul lulusan dari pesantren atau orang yang berkecimpung dalam dunia Pesantren itu punya kompetensi, secara holistik dan komprehensif terpenuhi," kata dia.
Majelis Masayikh juga dinilai perlu membuat strategi untuk menjawab tantangan-tantangan yang ada, baik nasional dan global. Pesantren diharap tidak terlalu tertutup sehingga ketinggalan zaman, namun juga tidak terlalu terbuka sehingga terseret arus liberalisasi.
Terakhir, peran aktif dan sinergi dengan pemerintah disebut harus dilakukan. Dengan demikian, pesantren bisa menjadi pioneer dalam menjaga kesatuan NKRI dan memajukan kehidupan bangsa.
Terakhir, Sekjen BKsPPI ini menitip pesan agar ke depannya jika ada pemilihan Majelis Masayikh yang baru, agar mewakili dari unsur-unsur pesantren. Hal ini dimaksudkan agar memenuhi asas keadilan dan perwakilan dari tiga jenis pesantren yang ada di Indonesia.