REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Abdul Ghaffar Rozin mengatakan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) perlu menjelaskan lebih detail mengenai pernyataan adanya pesantren-pesantren yang terafiliasi dengan kelompok teroris.
Sebab dia menilai, beberapa tahun yang lalu BNPT pernah membuat pernyataan serupa namun tidak disertai dengan penjelasan yang memadai kepada publik. Untuk itu, i menilai apabila sekarang justru ada pernyataan serupa, BNPT diminta untuk menjelaskan lebih detail agar tidak menimbulkan rasa saling curiga di antara pesantren.
“Sampaikan saja kepada publik nama-nama pesantren yang terafiliasi kelompok teroris, jangan ragu-ragu,” kata Gus Rozin saat dihubungi Republika, Kamis (27/1/2022).
Gus Rozin menyarankan agar BNPT berbicara lebih jauh dengan Kementerian Agama (Kemenag) dan komunitas pesantren. Menurutnya, Kemenag dan juga komunitas pesantren dinilai akan sangat senang diajak berdiskusi soal deradikalisasi.
Mantan Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) PBNU ini meyakini bahwa baik Kemenag maupun komunitas pesantren akan menunggu sapaan dan juga rencana BNPT dalam mencegah radikalisasi di lingkup pesantren. Sebelumnya, BNPT menyebut ada 198 pondok pesantren yang terafiliasi dengan sejumlah kelompok dan organisasi teroris baik kelompok teroris dari dalam maupun dari luar negeri.
Berdasarkan catatan BNPT, dari 198 pesantren tersebut terdapat 11 pesantren yang terafiliasi dengan jaringan Jamaah Anshorut Khilafah (JAK), 68 pesantren terafiliasi dengan Jamaah Islamiyah (JI), dan 119 pesantren terafiliasi dengan Anshorut Daulah yang merupakan simpatisan ISIS.