Ahad 23 Jan 2022 18:21 WIB

Multaqa Duat Nasional Fokuskan Urgensi Dakwah Digital  

Dalam Multaqa Duat Nasional juga dihelat wisuda standardisasi

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Nashih Nashrullah
Komisi Dakwah MUI menggelar wisuda standardisasi dai di Hotel Mercure, Jakarta, Ahad (23/1/2022). Para dai berstandar MUI diharapkan mampu maksimalkan dakwah digital.
Foto: Dok Istimewa
Komisi Dakwah MUI menggelar wisuda standardisasi dai di Hotel Mercure, Jakarta, Ahad (23/1/2022). Para dai berstandar MUI diharapkan mampu maksimalkan dakwah digital.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat menggelar Multaqa Duat Nasional yang diikuti  para dai yang menjadi utusan dari semua MUI provinsi seluruh Indonesia, setiap daerah maksimal mengirim tiga utusan.

Kegiatan yang dimaksudkan untuk memperkuat kualitas dakwah para dai seluruh Indonesia, terutama di era digital ini, mengangkat tema ‘Peningkatan Kualitas Dakwah untuk Perbaikan Bangsa di Era Digital’.

Baca Juga

“Kegiatannya diawali dengan standarisasi angkatan 10, mulai (22/1) kemarin, hari ini, Ahad (23/1) kita lakukan wisuda akbar, ada 600 lebih wisudawan baru, jika ditambah wisudawan tahun lalu maka ada lebih dari 800 dai yang telah berkomitmen menjadi dai berstandar MUI,” jelas Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Bidang Dakwah dan Ukhuwah KH Cholil Nafis saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (23/1) 

Setelah wisuda, para dai akan mendapatkan pembekalan dari berbagai narasumber, salah satunya staf khusus Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G Plate, kata Kiai Cholil.

Dia mengatakan, saat ini dakwah sudah sangat erat kaitannya dengan media sosial dan digitalisasi maka dari itu, sangat penting bagi dai untuk memahami urgensi dakwah digital untuk menghalau penyebaran ektremisme dan konservatisme di media sosial. 

“Menag juga dijadwalkan hadir, dan akan memberikan pembekalan tentang tiga hal yang harus dipegang teguh oleh para dai dalam berdakwah, yaitu islam wasatiyah, wawasan kebangsaan NKRI, dan pedoman dakwah yang rahmatan lil alamin,” ujar Kiai Cholil. 

Multaqa, kata dia, juga akan membahas tentang kurikulum majelis taklim, pedoman dakwah digital, pedoman dakwah Islam wasatiyah dan penerapannya di era digital. Pembahasan mengenai dakwah digital akan menjadi sorotan, ujarnya.

“Karena saat ini dai bukan hanya bukan penderamah yang diundang dalam acara-acara keagamaan, tapi sudah bisa berkiprah di berbagai platform digital yang dimilikinya tanpa harus menunggu diundang,” kata dia.

“Harapan saya, para dai ini dapat menjadi pelopor kemajuan penyebaran Islam, karena baik buruknya citra Islam tergantung pada wajah Islam yang ditampilkan para dai ini, karena itu kami menganggap bahwa ujung tombak penyebaran agama yang rahmatan lil alamin adalah para dai,” pungkasnya. 

Ketua Komisi Dakwah MUI, KH Ahmad Zubaidi, mengatakan, tujuan digelarnya Multaqa Duat Nasional untuk melakukan koordinasi dengan para dai secara nasional. Sehingga dapat ditemukan visi dan misi dakwah yang sama. Serta bisa disepakati kesamaan-kesamaan dalam manhajnya.

"Dan yang terpenting lagi dengan adanya pertemuan ini kita harapkan sesama dai bisa saling bersinergi, bertoleransi, serta dai-dai kita bisa berdakwah dengan memperhatikan kondisi objek dakwahnya," kata Kiai Zubaidi kepada Republika.co.id, Jumat (21/1). 

Dia menjelaskan, dalam pertemuan ini, para dai akan dijelaskan beberapa pedoman dasar dalam berdakwah, antara lain pedoman pelaksanaan standarisasi nasional, pedoman peta dakwah, pedoman atau kurikulum majelis taklim, pedoman berdakwah di media sosial, dan pedoman pelatihan kader penggerak Islam Wasathiyah.

Kiai Zubaidi menambahkan, sekarang banyak persoalan umat yang perlu dicarikan solusinya. Seperti merebaknya gaya hidup baru yang bertentangan dengan Islam, jumlah umat Islam yang pesentasenya semakin turun di Indonesia, munculnya aliran-aliran yang menyimpang, paham radikal, dan liberal, serta datangnya mushibah pandemi Covid-19.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement