Pernah suatu saat, ibunya berusaha untuk pergi dari rumah. Anak-anak pun turut dibawanya serta karena khawatir sang kepala keluarga akan mencegah mereka kembali pada Islam. Akan tetapi, usaha tersebut berakhir gagal.
Sampailah ibunya itu pada titik nadir. Dalam hatinya merasa, tidak ada jalan keluar. Tidak ada pula orang yang dapat membantunya. Mamanya hanya bergantung kepada Allah SWT.
Sebagai catatan, tutur Vina, ayahnya pada saat itu tidak berperangai buruk. Bapaknya sangat mencintai ibunya dan anak-anak. Akan tetapi, bagi ibunya Vina, cinta kepada pasangan tidak lebih penting daripada mengutamakan Allah Ta'ala.
Karena itu, sempat terucap oleh ibunya sebuah doa, yakni semoga suaminya itu meninggal dunia. Munajat itu semata-mata dilatari keinginan agar dirinya dapat beribadah Islam dengan lebih leluasa. Benar saja, beberapa tahun kemudian, sang kepala keluarga wafat.
Berhijrah
Tentunya, Vina bersedih hati atas kepergian ayahnya. Kesedihan yang sama juga dirasakan ibunya. Akan tetapi, hidup terus berjalan. Maka, sebagai single parent mamanya itu mengupayakan yang terbaik untuk anak-anak.
Dengan memboyong kelima anaknya, sang ibu pun berhijrah ke Depok, Jawa Barat.Semua harta benda milik mendiang suami ditinggalkannya di Jakarta. Sesampainya di kota selatan Ibu Kota itu, mereka semua melakukan syahadat lagi. Inilah tonggak baru yang penting dalam hidupnya. Kembali menikmati manisnya iman dan Islam.Waktu itu, Vina masih duduk di bangku sekolah dasar.
Setiap keluarga pasti menghadapi ujian hidup. Vina dan keluarganya pun tak terlepas dari persoalan, terutama yang menyangkut ekonomi. Ibu nya menghabiskan waktu bekerja di luar untuk menghidupi kelima anaknya. Penghasilan yang diperolehnya memang kadang kala tidak menentu.
Baca juga : Mahasiswi Muslim India Dilarang Masuk Kelas karena Tolak Lepas Jilbab
Bahkan, pernah Vina dan saudara-saudaranya tidak makan selama tiga hari berturut-turut. Sebab, ibunya saat itu tidak membawa hasil apa pun dari berjualan. Syukurlah, masih ada orang baik di sekitarnya. Ada tetangga yang tanpa disangka-sangka datang ke rumah dengan membawakan sejumlah sembako dan nasi kotak.
Ujian lain kembali datang. Mungkin karena kelelahan dan sakit, ibunya lantas meninggal dunia. Vina merasa, saat itu seakan-akan dunia sudah runtuh.
Sebab, selama ini, ibunya menjadi tempatnya bersandar. Kini, tiba-tiba ia ditinggalkan seorang diri. Waktu itu, Vina sudah beranjak remaja. Di rumah, hanya ada dirinya dan sang ibu.
Adapun kakak-kakaknya sudah pergi dengan kehidupan rumah tangga masing-masing. Putus asa kerap menggelayuti batinnya. Ia sering menangis saat mengunjungi makam ibunya setiap hari.