Selasa 18 Jan 2022 05:55 WIB

Mualaf Syavina, Ajakan Murtad Saat Berislam dan Ekonomi Jatuh  

Mualaf Shavina menolak ajak murtad dan memilih Islam

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Shavina. Mualaf Shavina  menolak ajak murtad dan memilih Islam
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, — Karunia iman dan Islam juga dirasakan seorang mualaf, Iha Arvina. Perempuan yang memilih nama Syavina sejak berislam itu menuturkan kisahnya via akun Youtube Ngaji Cerdas".

Menurutnya, berbagai macam peristiwa telah dilaluinya sebelum menerima hidayah Illahi. 

Baca Juga

Ceritanya bermula dari pernikahan kedua orang tuanya. Sejak masih lajang, ayahnya berprofesi sebagai pelaut. Lelaki itu berasal dari Jakarta. Adapun ibundanya, merupakan seorang Muslimah sejak lahir. 

Keduanya kemudian memutuskan untuk menikah. Padahal, saat itu, ibu kandung Syavina belum benar-benar mengenal latar belakang keluarga kekasihnya itu. Pernikahan yang berlangsung di Deli Serdang, Sumatra Utara, itu sepenuhnya mengikuti aturan Islam. 

Beberapa tahun mengarungi kehidupan berumah tangga, pasangan suami-istri itu dikaruniai dengan tiga orang anak. Selanjutnya, sang kepala rumah tangga mengajak mereka semua untuk pindah dari Sumatra ke Jakarta. Sesampainya di Ibu Kota, betapa terkejutnya ibu Syavina. 

Bagaikan tersambar petir, perempuan itu tidak menyangka bahwa keluarga suaminya merupakan non-Muslim. Begitu tiba di rumah mertua, terdapat beberapa anjing yang menyalak menyambut mereka. Diperhatikannya pula, pada dinding ruang utama di rumah tersebut ada gambar- gambar sosok yang dianggap anak tuhan dalam ajaran agama mereka. 

Mama Syavina sempat marah kepada suaminya. Demi menjaga keharmonisan rumah tangga, perbedaan iman itu sempat diabaikannya. Akan tetapi, lama kelamaan sang kepala keluarga meminta istri dan anak-anak untuk ikut memeluk agamanya yang non-Islam. 

Mama Syavina sangat syok dengan ajakan tersebut. Namun, wanita itu seperti tidak berdaya. Ketika melahirkan Syavina, yakni bungsu dari lima bersaudara ini, keputusan akhirnya ialah keluar dari Islam. 

“Karena khawatir keluarga besar akan kecewa, Mama melarang mereka untuk mengunjunginya ke Jakarta. Ya, tetapi toh lambat laun apa pun yang ditutup-tutupi pasti akan ketahuan juga,” ujar Syavina menyampaikan kisahnya, beberapa waktu lalu. 

Mualaf yang akrab disapa Vina itu masih mengingat bagaimana keadaan ibundanya kala itu. Sering kali, dirinya menyaksikan mamanya menangis tersedu-sedu. Pada suatu malam, pernah ibunya itu berurai air mata di atas tempat tidur. Kedua tangannya terangkat, sebagaimana cara seorang Muslim berdoa. Lalu, dari mulutnya yang gemetar terucap kata-kata rintihan tidak berdaya. 

“Ya Allah, tolonglah hamba. Hamba takut akan meninggal dunia dalam keadaan kafir.Hamba takut masuk neraka. Ya Allah, tolonglah hamba-Mu ini,” kata Vina menirukan munajat yang dipanjatkan ibundanya ketika itu. 

Kekalutan dan rasa bersalah pun memengaruhi aspek kejiwaan mamanya. Bahkan, pihak keluarga terpaksa membawanya ke psikiater atau rumah sakit jiwa untuk mengobati masalah psikis tersebut.   

Baca juga : Menag: Semoga Februari Ada Kejelasan Soal Haji

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement