Senin 17 Jan 2022 20:34 WIB

Dilema Pakistan di Antara Pengakuan dan Penolakan Ilmuwan Non-Muslim

Sejumlah ilmuwan non-Muslim di Pakistan tidak mendapatkan posisi

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Nashih Nashrullah
Bendera Pakistan. Sejumlah ilmuwan non-Muslim di Pakistan tidak mendapatkan posisi
Foto:

Sejarah disebut penuh dengan contoh-contoh upaya yang gagal untuk memadukan sains dengan keyakinan yang dijunjung tinggi. Ketika Stalin berusaha memaksakan pandangan Marxisnya pada biologi Soviet melalui pialang pilihannya, Trofim Lysenko hampir menghancurkan pertanian dan kehutanan. 

"Nasib baik Soviet Rusia adalah ia memiliki komunitas ilmiah yang cukup kuat untuk melawan campur tangan Lysenko. Pakistan belum begitu beruntung," katanya. 

Meskipun ada Kementerian Sains, beberapa badan ilmiah, serta ratusan institusi yang mengaku mengajar atau melakukan penelitian dalam sains, tidak ada komunitas ilmuwan sejati. 

Badan-badan ilmiah yang terdengar tinggi, seperti Akademi Ilmu Pengetahuan Pakistan, disebut sebagai lelucon mengingat posisinya yang tidak dihormati secara internasional dan harus dibubarkan. 

Setiap jenis usaha intelektual, termasuk sains, membutuhkan lingkungan budaya dan sosial yang memungkinkan untuk berkembang. Sains bisa tercekik ketika para ilmuwan dinilai berdasarkan agama, ras, etnis, atau kriteria apa pun selain pencapaian ilmiah. 

"Sebelum Pakistan dapat menghasilkan ilmu yang sesuai dengan namanya, Pakistan harus mengatasi prasangka yang dianutnya. Ia harus belajar menghargai semua orang yang berbagi warisan bersama umat manusia," lanjut Hoodbhoy. 

 

 

 

Sumber: dawn  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement