REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Mahkamah Agung India akan menyelidiki dugaan pernyataan provokatif oleh para pemimpin agama Hindu pada Desember 2021. Menurut pengaduan polisi, dalam sebuah pertemuan tertutup di Haridwar, para pemimpin agama berpakaian safron menyerukan umat Hindu agar mempersenjatai diri untuk sebuah 'genosida' terhadap Muslim.
Mahkamah Agung telah mengirimkan pemberitahuan kepada pemerintah negara bagian Uttarakhand untuk menjelaskan mengapa mereka yang dituduh menyerukan genosida tidak ditangkap. Dilansir di Sky News, Kamis (13/1/2022), pengadilan tersebut akan memulai penyelidikannya pekan depan. Sementara itu, polisi Uttarakhand mengatakan mereka menginterogasi para tersangka, tetapi sejauh ini tidak ada penangkapan yang dilakukan.
Adapun potongan video pertemuan tersebut telah beredar luas di media sosial dan berbagai saluran berita. Mantan kepala militer, pemimpin masyarakat sipil dan aktivis termasuk legenda tenis Martina Navratilova telah mengkritik acara pertemuan tersebut.
Negara bagian Uttarakhand diperintah oleh partai sayap kanan Hindu Partai Bharatiya Janata (BJP). Sejak BJP di bawah Perdana Menteri Narendra Modi memenangkan pemilihan pada 2014 dan kemudian pemilihan ulang telak pada 2019, telah terjadi lonjakan serangan terhadap Muslim dan minoritas lainnya.
Serangan terhadap minoritas dan tidak adanya hukuman segera dan keras telah membuat para ekstremis Hindu semakin berani. Banyak yang melihatnya sebagai dukungan diam-diam oleh pemerintah.
Pidato dan tindakan komunal menghancurkan negara itu, dan banyak yang merasa keheningan dari sang perdana menteri. Di Gurugram, sebuah kota satelit yang berbatasan dengan ibu kota nasional sayap kanan Hindu berulang kali melarang Muslim untuk beribadah di ruang publik.