Selasa 04 Jan 2022 11:26 WIB

Renungan Penyair Sufi dari Istanbul Mahmut Dipsar tentang Gambaran Tuhan

Mencari Tuhan dan ajaran Alquran yang ternyata ada dalam diri

Anggota tarekat Sufi Karkariya merayakan di Nador, Maroko timur. (ilustrasi)
Foto:

Mereka mengatakan “Surah” dan mengajari kami bahwa surah adalah masing-masing dari 114 yang ada dalam Mushaf.

Mereka tidak mengajarkan kita bahwa setiap diri kita adalah sebuah surah.

Sûre, suret, surah, sur, siret, adalah kata-kata yang berasal dari akar kata yang sama.

Sur; berarti tembok tinggi yang melingkupi, melingkupi, mengelilingi.

Mereka menyebutnya surah - tembok, yang terletak di sekitar kota.

Tubuh manusia adalah sur / dinding / bentuk.

Tubuh semua makhluk (dari seluruh alam semesta) adalah sûr, sûret.

Begitulah, kata surah berasal dari kata sur.

Belajar - membaca surah berarti juga ketika seseorang belajar, mempelajari tubuhnya-dirinya, tetapi mereka tidak mengajari kita itu.

Mereka mengajari kami bahwa menyembelih hewan adalah “qurban”.

Mereka tidak mengajari kami kebenaran tentang "qurbiyaat" / keintiman.

Mereka tidak mengajari kita bagaimana menyadari kedekatan Allah.

Mereka mengatakan hajj, dan mengajari kami bahwa hajj berarti pergi ke Makkah.

Mereka tidak mengajari kita bahwa untuk hajj kita perlu masuk ke diri kita.

Mereka berkata Baitullah, dan mengajari kami bahwa itu adalah rumah dari batu di Makkah.

Mereka tidak mengajari kita bahwa tubuh manusia, di mana tuhan lebih dekat dengan kita daripada urat nadi kita, adalah rumah Allah- Baitullah.

 

 

Mereka mengatakan solat, tapi mengajari kami hanya tentang materi, dimensi sebatas gerak gerakan baca bacaan solat.

Mereka tidak mengajari kita apa arti solat.

Mereka tidak mengajarkan kita untuk melihat wajah Allah di setiap penjuru.

Mereka tidak mengajari kita solat yang dapat selamatkan diri dari kesombongan, kibir, ego, dan egoisme.

Mereka tidak mengajarkan kita tentang solat yang hasilkan kesopanan, perilaku yang baik, adab, rahmat dan kasih sayang.

Mereka mengatakan zakat, dan mereka mengajari kami untuk memberikan seperempatpuluhan dari harta kami.

Kita belum pernah diajarkan bahwa kata zakat berasal dari akar kata “ zakā” (kesucian, kejernihan pikiran)

Mereka tidak mengajarkan kita bahwa zakat berarti membersihkan pikiran dan hati. Dan bagaimana bisa mereka ajarkan kepada kita ini ketika uang lebih penting bagi mereka.

Surah Al-A'la; 14:“ قَدْ اَفْلَحَ مَنْ تَزَكّٰىۙ “ 

"Dia yang dibersihkan dari keadaan jahalat / mengembara diselamatkan."

Surah An-Nur; 21: "وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يُزَكِّى مَن يَشَآءُ“

“Barangsiapa yang ingin disucikan, maka ia akan disucikan dengan kebenaran-kebenaran Allah.”

Zakat artinya mensucikan diri, menjernihkan pikiran, berpikir, mengelaborasi pikiran, sanggupi berpikir , menajamkan pikiran, akhirnya membersihkan diri dari segala informasi yang membawa penindasan/kejahatan, ketidakadilan , kegelapan pada diri.

Tapi mereka tidak mengajari kita itu.

Mereka mengatakan sadakah, dan mengajari kami bahwa itu berarti memberi uang.

Mereka tidak mengajari kita bahwa sadakah berarti  menjadi setia, jujur, benar (teman).

Surah Âl-i mrân, 95: “صَدَقَ اللّهُ” ”Sadakallah”

Artinya: kebenaran itu dari Allah.

Mereka mengatakan Fitri, dan mengajari kami bahwa itu memberi sadakah kepada mereka yang membutuhkannya.

Dan Fitri dimaksudkan untuk bersaksi tentang kebenaran alam (pendiriaan), untuk dibimbing oleh peraturan alam.

Tapi mereka tidak mengajari kita itu.

Fıtr, ifṭâr, Fatır, adalah kata-kata yang berasal dari akar kata yang sama.

Fıtr; artinya membuka, dilahirkan, diciptakan, dibentuk, berasal dari alam, berasal dari jiwa.

Jadi Fıtır (karakter); adalah rahasia Sang Pencipta ciptaan, rahasia alam/karakter.

Surah ArRum; 30:“ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًاۗ فِطْرَتَ اللّٰهِ“

 

Mereka mengajari kami bahwa kata Talak berarti menceraikan, meninggalkan istri.

Sedangkan kata talak berarti meninggalkan, memberhentikan, menceraikan dari perasaan dan pikiran yang salah, dari keterangan-informasi yang tanpa dasar. Dan bukan dari seorang wanita.

Tapi mereka tidak mengajari kita itu.

Mereka tidak mengajari kami apa itu kata "telakki", yang berasal dari kata talak.

Dan "Talak" Talakki "berarti: meninggalkan pendapat dan pengetahuan pribadinya yang tidak sesuai dengan kebenaran yang fitri, menceraikan segala macam perasaan dan pikiran yang tidak dari cara hanif dan akan menimbulkan ketidakadilan.

Mereka mengajari kami untuk memukul istri kami dan berkata itu adalah perintah Al-Qur'an.

Mereka tidak mengajari kita bahwa seorang wanita adalah manusia.

Kata "daraba" tidak berarti memukul.

“Daraba“ Artinya gemetar di hadapan kebenaran Allah.

Ini berarti menunjukkan kebenaran dengan fakta, tetapi mereka tidak mengajari kita itu.

Mereka mengajari kami bahwa Islam itu adalah mengambil wudhu, sembayang, berpuasa Ramadhan, baca syahadat.

Mereka tidak mengajarkan kita bahwa Islam adalah untuk menjadi saksi Allah, untuk hidup dalam ahlak, adab dan kedamaaian, untuk menyebarkan perdamaian dan keselamataan di sekitar diri, untuk menjadi orang yang amanah.

Mereka mengajari kami mengucapkan kata Islam, Muslim.

Tapi mereka tidak mengajari kita apa arti dari kata kata ini.

Mereka berkata Insan, dan mengajari kami bahwa insan adalah sepotong daging dan tulang. Mereka tidak mengajari kita esensi dari "Ins", yang mencicit seperti rumput liar di dalam tubuh diri.

Mereka tidak mengajari kita bagaimana mencapai tingkat spiritual yang disebut Insan.

Mereka tidak mengajari kita bagaimana kita terhubung dengan seluruh alam semesta. Mereka tidak mengajari kita bahwa setiap makhluk adalah saudara dari diri kita. Kalau mereka ucapin kata kata ini untuk mereka tidak beda dari sedang pesan makanan.

Mereka tidak mengajarkan kita untuk memperlakukan dengan baik segala sesuatu yang ada.

Mereka tidak mengajarkan kita untuk merasakan ahlak, kebenaran, ketulusan, kemanusiaan, adab, introspeksi.

Mereka tidak mengajari kita apa itu kebenaran tauhid/kesatuan.

Wahai saudara/saudari yang ingin mengetahui tentang iman!

Tolong, saat Anda berdiri bergerak dan bersujud saat solat, periksa dengan cermat arti kata-kata Al-Qur'an yang Anda ucapkan, supaya solatnya tidak dilemparkan ke wajah Anda seperti kain usang yang Anda gunakan untuk membersihkan meja warung makan.

Jangan terpaku pada formalnya saja, cobalah untuk memahami maknanya yang fitri untuk masing-masing.

Cobalah untuk mendapatkan kebenaran, esensi dari segala sesuatu.

Harap pertimbangkan kemungkinan bahwa arti penting dari kata-kata yang Anda dengar dapat berubah.

Jangan pernah langsung mempercayai informasi yang disampaikan kepada Anda.

Ini berlaku juga untuk tulisan fakir ini jangan langsung percaya.

Pikirkan saja, jelajahi, jadilah saksi, raih kebenaran  - esensi diri.

Bangunkan Dirimu!

Kami memiliki kesempatan di mana dualitas akan hilang dan persatuan akan muncul - kebenaran akan terungkap.

Insallah

 

Mahmut Dipsar

Istanbul 01.01.2022.

 

-------

* Puisi diterjemahkan dari bahasa Turki oleh Edin Hidzalik, warga Sebia-Bosnia yang tinggal di Jakarta.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement