REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Edin Hidzalik*
Mereka menggambarkan tentang Allah SWT yang ada di langit di luar diri kita.
Mereka tidak mengajari kita bahwa Tuhan ada di dalam diri kita, yang lebih dekat dengan kita daripada urat nadi leher kita sendiri.
Mereka hanya ajarkan kita untuk percaya kepada Allah.
Mereka tidak mengajarkan kita untuk bersaksi kepada Allah, untuk menyaksikan keberadaan-Nya.
Kami selalu diajarkan untuk takut kepada Allah.
Mereka tidak mengajari kita tentang (kasih sayang) dan cinta-Nya.
Mereka mengajari kami membaca Alquran dalam bahasa Arab.
Mereka tidak mengajari kita untuk memahami maknanya.
Mereka memberi tahu kami "Ngaji" dapat pahala,
Mereka tidak mengajari kami untuk memahami pesan-pesan yang dikirimkan Alquran kepada kami.
Mereka mengajari kami tentang kepercayaan.
Mereka tidak mengajari kami tentang keyakinan.
Mereka mengajari kami tentang iblis yang ada di suatu tempat luar sana.
Mereka tidak mengajari kita bahwa iblis adalah ketidakadilan kita terhadap diri kita sendiri.
Mereka mengajari kami bahwa ada agama kita, agama si itu dan agama si ini.
Mereka mengajarkan diskriminasi, untuk mengutamakan keyakinan sendiri, mereka mengajari kami perpecahan.
Mereka mengajari kita untuk mengeklaim agama adalah kepemilikan diri kita sendiri.
Mereka tidak mengajari kami tentang kebenaran dan esensinya.
Mereka tidak mengajarkan kita bahwa agama adalah milik Allah SWT.
Alquran mengatakan bahwa agama adalah milik Allah, tetapi mereka tidak mengajarkan hal itu kepada kita.
Surah Al-Mu'min; 14: “ لَهُ ٱلدِّينَ” “Iman-addin adalah milik-Nya”
Surah Al-Mu'min; 65: “ لَهُ ٱلدِّينَ” “Iman-al din adalah milik-Nya”
Surah Az-Zumer; 11: “ لَهُ ٱلدِّينَ” “Iman-al din adalah milik-Nya”
Surah Al Nahl; 52: "وَلَهُ الدِّيْنُ وَاصِبًاۗ" "dan Addin adalah milik-Nya selamanya"
Baca juga : Wanita Saudi Ambil Alih Tugas Administrasi di Pengadilan Keluarga