Sabtu 18 Dec 2021 05:44 WIB

Dosen UIN Ar-Raniry Terpilih Jadi Ketua PW Fatayat NU Aceh 

Ada 23 kabupaten kota di bawah PW Fatayat NU Aceh.

Dosen UIN Ar-Raniry Ida Friatna Terpilih menjadi ketua PW Fatayat NU Aceh Masa Khidmat 2021 – 2026.
Foto: Dok UIN Ar-Raniry
Dosen UIN Ar-Raniry Ida Friatna Terpilih menjadi ketua PW Fatayat NU Aceh Masa Khidmat 2021 – 2026.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Ida Friatna Sag  MAg terpilih  menjadi ketua Pengurus Wilayah (PW) Fatayat Nahdlatul Ulama Provinsi Aceh Masa khidmat 2021-2026, pekan lalu. Ia terpilih secara aklamasi dalam Konferwil Fatayat NU Aceh menggantikan ketua sebelumnya Salwa Hayati Hasan SPt MM. Perempuan kelahiran Banda Aceh tahun 1977 ini  adalah seorang dosen Prodi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah Hukum UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Atas amanah yang diberikan, Ida Friatna yang akrab disapa Ida menyampaikan terima kasih kepada semua yang telah memberikan dukungan.

”Untuk ke depan, semoga saya  bisa amanah dalam menjalankan roda organisasi karena ini sebenarnya amanah besar karena kan ada 23 kabupaten kota di bawah PW  Fatayat NU Aceh  yang harus kita bina yang harus kita bimbing ke depan kita akan memulai dengan proses pengkaderan karena proses kaderisasi ini selama ini nggak lakukan secara maksimal ditingkat PW Aceh,“ kata Ida dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Jadi, tambah Ida, itu yang akan kita kerjakan.  Kita juga akan fokuskan ke program kerja yang betul-betul sesuai dengan harapan dari visi dan misi pemerintah Indonesia saat ini dan Pemerintah Aceh itu dari kita mau memperkuat, kata perempuan yang akrab disapa Bu Ida ini.

Ida juga menambahkan, bahwa Fatayat NU yang banyak melahirkan kader-kader terbaik NU untuk masa depan dan ke depan akan banyak program yang harus kita siapkan dan kita jalankan bersama.

Fatayat NU Aceh adalah sebuah organisasi Badan Otonom (Banom) yang berada dibawah naungan Nahdlatul Ulama (NU) Aceh yang bertujuan mengangkat harkat, martabat dan derajat kaum perempuan. Misinya yaitu berpegang teguh pada paham Ahlusunnah wal Jama’ah dan menjaga kearifan lokal, membangun kesadaran kritis perempuan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dan yang terakhir yaitu peka dan tanggap terhadap permasalahaan umat dan siap menghadapi perkembangan dunia masa kini dan mendatang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement