Rabu 08 Dec 2021 05:45 WIB

Mualaf Koh Asen, Tergugah Buku Seputar Alam Gaib  

Mualaf Koh Asen belajar Islam secara bertahap

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Mualaf Koh Asen belajar Islam secara bertahap dari buku kecil seputar alam gaib. Koh Asen
Foto:

Namun, tidak demikian halnya dengan sembahyang. Ia selalu menghindar. Lama kelamaan, orang tuanya pun menyerah. Mereka melihat, komitmen anaknya itu untuk terus mengkaji Islam tak bisa dihentikan.

Pada hari Jumat, Asen memberanikan diri untuk mempraktikkan sholat Jumat. Berdasarkan aturan fikih, sholat Jumat harus diselenggarakan secara berjamaah. Maka, ia pun pergi ke masjid di dekat rumahnya.

Dengan mengenakan baju kemeja dan celana panjang, ia mencoba percaya diri, melang kah ke dalam masjid. Orang-orang tidak begitu memperhatikannya. Mereka menganggapnya seperti jamaah biasa pada umumnya.

Tiba-tiba Asen teringat. Siapa pun harus berwudhu sebelum sholat. Ia pun lekas mencari lokasi tempat wudhu di masjid itu. Karena sangat gugup, ia tidak berani bertanya. Layaknya orang kebingungan, ia hanya berkeliling di sekitaran masjid.

Karena merasa malu, Asen lantas menyingkir ke arah jalan raya. Dilihatnya sebuah gerobak. Di balik kendaraan itulah, lelaki yang saat itunon-Muslim ini menangis. Ia merasa gagal. Bukan hanya karena tidak bisa sholat Jumat. Lebih dari itu, tidak mampu menetapkan keyakinan.

Hatinya sangat ingin berislam. Namun, upaya dengan cara seorang diri adalah sia-sia. Akhirnya ia menyadari, tidak mungkin mempelajari Islam sendirian. Perlu pertolongan dan bantuan dari orang lain. 

Berbekal sebuah informasi yang diperoleh nya, Asen menyambangi Masjid Lautze Jakarta beberapa hari kemudian. Tempat ibadah itu terkenal memiliki majelis yang khusus menyasar komunitas Muslim Tionghoa.

Baca juga: 3 Proyek Sekularisasi, Ada Peminggiran Nilai Agama? 

Saat itu juga, Asen dibimbing seorang ustadz di sana. Pada 1996, ia untuk pertama kalinya mengucapkan dua kalimat syahadat. Prosesi tersebut dilakukannya di hadapan imam serta jamaah masjid setempat yang dikelola Yayasan Haji Karim Oei itu.

 

Setelah memeluk Islam, Asen memilih nama baru: Achmad Sugiarto. Ia juga bertekad untuk berdakwah kepada orang-orang terdekat, utamanya keluarga. Sebagaimana pesan dari sebuah hadits, "Sampaikanlah dariku (Nabi Muhammad SAW) walau hanya satu ayat."   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement