Rabu 08 Dec 2021 05:45 WIB

Mualaf Koh Asen, Tergugah Buku Seputar Alam Gaib  

Mualaf Koh Asen belajar Islam secara bertahap

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Mualaf Koh Asen belajar Islam secara bertahap dari buku kecil seputar alam gaib. Koh Asen
Foto:

 

Lelaki berdarah Tionghoa ini sejak kecil sudah sedikit belajar bahasa Arab. Karena itu, dirinya sedikit mampu membaca ayat tersebut. Innaddiina 'indallahil islaam. “Sesungguhnya, agama di sisi Allah ialah Islam.”

Firman yang tampaknya sederhana itu ternyata berdampak luar biasa pada kesadaran Asen. Ia seperti terhentak oleh tegasnya makna dari ayat tersebut. 

Satu-satunya jalan untuk menyembah Tuhan ialah Islam. Proses berislam Selama setahun, Asen dengan intens mengkaji Islam. Ia tidak hanya membaca buku-buku tentang agama ini. Bahkan, beberapa ibadah kaum Muslimin pun diikutinya sesuai batas kemampuan.

Misalnya, berwudhu dan sholat. Kedua ritual ini sudah diketahuinya sejak masih anak-anak. Namun, baru kali itulah dirinya berusaha rutin mengamalkannya walaupun belum pernah bersyahadat. Ia ingin terlebih dahulu memahami dan membiasakan diri dengan ibadah khas Islam, barulah kemudian secara resmi memeluk agama ini.    

Asen biasa praktik sholat pada siang hari. Waktu itu, ayahnya biasa tidur di kursi ruang depan. Anehnya, Asen merasa bahwa tiap kali dirinya menggumamkan takbir, bapaknya itu kerap terbangun dari tidur. Karena takut ketahuan, ia pun lekas pura-pura tidur di atas kasur, menunggu sang ayah lewat dari kamarnya.

Pada suatu hari, ia menemukan bacaan, yakni surat Al Baqarah ayat 208. Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.”

“Saya berpikir, ketika saya sedang belajar sholat, Papi bangun mungkin karena bisikan setan. Mulai saat itu, saya memberanikan diri. Kalau Papi masuk kamar dan saya sedang sholat, saya tidak lagi sembunyi. Saya teruskan sholat,” ucapnya menceritakan. Benar saja. Ayahnya masuk kamar dan terkejut melihat Asen sedang sholat. Namun, pemuda ini tidak bergeming. Tetap saja melanjutkan sholat. 

Setelah itu, ayahnya semakin sering meminta Asen untuk membersihkan patung-patung di rumah dan tempat sembahyangnya. Kalau untuk sekadar membersihkan patung, itu masih bersedia dilakukannya. 

Namun, tidak demikian...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement