Jumat 26 Nov 2021 05:14 WIB

Representasi Distorsi Wanita Muslim di Produksi Film Barat

Penggambaran wanita Muslim di film barat kerap tak akurat.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil
Representasi Distorsi Wanita Muslim di Produksi Film Barat. Foto: Bintang Bollywood Tinggalkan Karier Demi Allah. Ilustrasi film
Foto:

Di Barat, sebenarnya ada wacana umum tentang perempuan Muslim yang mengancam tradisi sekuler dan nilai-nilai kebebasan. Refleksi problematis perempuan-perempuan ini di layar kaca seolah menunjukkan kekuatan media dalam menegaskan keberbedaan perempuan Muslim dalam wacana umum itu.

Saat ini, Netflix adalah salah satu platform yang paling menarik reaksi terhadap serial TV dan filmnya, yang menampilkan stereotip, representasi terdistorsi dari wanita Muslim. Beberapa yang bisa dilihat ada dalam tayangan “The Bodyguard” dan “Elite”.

The Bodyguard merupakan film bergenre thriller, tentang seorang veteran perang yang ditugaskan untuk melindungi politisi. Sementara itu, Elite merupakan tayangan drama remaja Spanyol. Representasi perempuan Muslim yang sangat mengganggu menjadi kesamaan dari kedua produksi itu.

Dalam “The Bodyguard”, Anjli Mohindra memerankan seorang wanita berhijab bernama Nadia, dengan cara hidup yang benar-benar sesuai stereotip. Mengenakan syal hitam, Nadia tampaknya telah dicuci otak suaminya hingga melakukan aksi bunuh diri, tapi dia kemudian diselamatkan oleh aktor utama, Richard Madden.

Awalnya, orang-orang akan berpikir dia digambarkan sebagai karakter yang dimanipulasi dan diselamatkan oleh pahlawan pria kulit putih. Tetapi, ternyata dia adalah dalang teroris di balik semua serangan berikutnya. Nadia seolah mencerminkan stereotip yang mengancam.

Menonton "Elite", kita melihat gadis lain bernama Nadia, seorang siswi beasiswa cerdas yang mengenakan jilbab di musim pertama seri. Di musim kedua, ia digambarkan melepas jilbabnya dan berjalan ke bar dengan tampilan yang sangat seksi.

Masalah yang muncul dalam film ini bukan apakah dia berhijab atau tidak, tetapi serial tersebut dengan jelas menyiratkan jika Nadia baru bebas setelah melepas jilbabnya.

Navid Akhtar menyebut banyak penggambaran yang bermasalah serupa ini menarik perhatian media. Dunia Muslim disebut harus menggambarkan diri mereka dengan cara yang tepat, dengan memproduksi film dan serial mereka sendiri.

“Kami tidak bisa mengontrol media. Kami mungkin hanya menghasilkan 5 persen dari Hollywood. Dari perspektif Muslim, kami tidak memiliki cukup uang dan tidak melatih cukup banyak orang di sektor perfilman,” kata dia.

Banyak profesional perfilman lainnya berpikiran sama dengan Akhtar tentang masalah ini. Misalnya, aktor Riz Ahmed, Muslim pertama yang dinominasikan untuk aktor terbaik di Academy Awards.

Ia meluncurkan inisiatif yang bekerja sama dengan banyak mitra, untuk memperbaiki cara Muslim digambarkan dalam film. Hal ini ia lakukan setelah studi Annenberg Inclusion Initiative mengungkapkan Muslim jarang muncul dalam film dan jika hadir, mereka digambarkan dalam gamabran yang negatif. 

Sumber:

https://www.dailysabah.com/arts/distorted-representation-of-muslim-women-in-western-productions/news

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement