Jumat 05 Nov 2021 09:54 WIB

Naskah Khutbah Jumat: Ketika Sehat Lupa, di Kala Sakit Ingat

Nikmat sehat menjadi nikmat Allah yang terbesar setelah nikmat Islam.

Naskah Khutbah Jumat: Ketika Sehat Lupa, Dikala Sakit Ingat. Jamaah memgukur suhu tubuh sebelum memasuki Masjid Gede Kauman, Yogyakarta, Senin (12/4). Masjid Gede Kauman kembali menyelenggarakan shalat tarawih berjamaah pada Ramadhan 1442 H. Namun jamaah dibatasi hanya untuk warga sekitar masjid dan menerapkan protokol kesehatan Covid-19 ketat.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Naskah Khutbah Jumat: Ketika Sehat Lupa, Dikala Sakit Ingat. Jamaah memgukur suhu tubuh sebelum memasuki Masjid Gede Kauman, Yogyakarta, Senin (12/4). Masjid Gede Kauman kembali menyelenggarakan shalat tarawih berjamaah pada Ramadhan 1442 H. Namun jamaah dibatasi hanya untuk warga sekitar masjid dan menerapkan protokol kesehatan Covid-19 ketat.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Cristoffer Veron PAnggota Grup Jaringan Anak Panah, Alumnus SMK Muhammadiyah 1 Kota Yogyakarta

اَلْـحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لاَنَبِيَّ بَعْدَهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ نَبِيِّنَا مُحَمَّد وَعَلَى اَلِهَ وَ اَصْحَبِهَ وَمَنْ وَّالَاهُ اَمَّا بّعْدُ فَيَاعِبَدَاللهِ أُوْصِيْكُمْ وَأِيَّايَ بِتَقْوَى االلهِ حَقَّ تُقَاتِهِ فَقَدْ فَازَالْمُتَّقُوْنَ

Baca Juga

Sidang Jumat yang terhormat,

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Tuhan yang Maha Pemberi atas persembahan nikmat sehat yang kini tengah kita rasakan dalam pekik Covid-19. Melalui percikan nikmat sehat-Nyalah kita dapat terbebas dari serangan Covid-19 sehingga mampu menunaikan sholat Jumat dengan khusyuk menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Shalawat dan salam semoga tercurah pada Nabi Muhammad SAW, sang patron kemanusiaan yang perangai-perangainya dapat dibingkai dan dijadikan mata air keteladanan agar termanifes insan mencerahkan semesta.

Sidang Jumat yang terhormat,

Kehidupan telah bertransformasi menjadi kegetiran. Ia muncul atas terjadinya peristiwa mengerikan. Boleh jadi peristiwa itu diangkat atas perestuan Ilahi untuk menyadarkan alam pikir manusia agar senantiasa ingat kepada-Nya. Serpihan ragam peristiwa selalu membawa ‘ibrah dan tamsil berharga untuk kita jadikan bahan kontemplasi diri agar tidak terjebak dalam sangkar besi kesilauan duniawi.

Covid-19 menjadi bukti dari pantulan kegetiran itu. Semula kita tak percaya. Namun, dengan berjalannya waktu dan satu per satu orang-orang terkasih di sekitar kita wafat karena Covid-19. Memberikan bukti nyata jika kejadian ini sungguh benar adanya, bukan konspirasi. Hanya dengan serangan Covid-19, dunia murung dan sistem kehidupan kita berubah secara komprehensif.

Dalam masa ini, segelintir dari kita banyak mengalami penurunan kondisi tubuh (sakit). Sakit kian merebak luas. Mungkin barangkali baru pada era ini terjadi ‘sakit berjamaah’. Dikatakan demikian karena hampir, bahkan seluruh anggota keluarga tertimpa sakit. Dan jenis penyakitnya pun hampir paralel: demam, flu, diare, pusing, nyeri sendi, dan sebagainya.

Ketika kita sakit, hal yang terbayang dalam alam pikir kita: “Kapan bisa sembuh?” Ini menjadi pertanyaan umum dari kita tatkala sakit. Namun, pernahkah kita mengubah pertanyaan itu dengan sebuah pernyataan: “Betapa agungnya nikmat sehat yang diberikan Allah kepadaku?” Pernyataan ini akan menghujam jiwa kita yang selama ini melupakan nikmat tersebut. Nabi Muhammad SAW bersabda,

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

Artinya: “Ada dua nikmat yang terlupakan (manusia lari daripadanya), yaitu kesehatan dan waktu luang” (HR Bukhari).

Baca juga : Mimpi Bertemu dengan Allah SWT, Mungkinkah?

sumber : Suara Muhammadiyah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement