REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Badan Pengelola Masjid Istiqlal (BPMI) dan Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al Qur'an (PTIQ) Jakarta menggelar kerja sama penyelenggaraan program Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal (PKU-MI). Kader ulama yang mengikuti program ini akan dibiayai sepenuhnya oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan.
Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof KH Nasaruddin Umar, mengatakan program tersebut dibuka untuk mencetak kader ulama yang profesional. Pendaftarannya sendiri telah dibuka pada Senin (11/10) sampai Rabu (20/10) mendatang.
Menurut dia, 100 peserta yang terpilih nantinya akan memperoleh beasiswa LPDP dalam program Pendidikan Kader Ulama (PKU) dan Pendidikan Kader Ulama Perempuan (PKUP), yang setara dengan S2 dan S3.
“Mulai hari ini sampai 12 hari yang akan datang insyaallah kita akan buka pendidikan kader ulama, kerjasama dengan PTIQ untuk S2 dan S3, dan sepenuhnya akan dibiayai LPDP. Jadi gelarnya nanti itu S2 atau S3 ditambah dengan gelar keulamaan dari Istiqlal,” ujarnya kepada Republika.co.id, Senin (11/10). “Jadi nanti memang betul-betul akan mengkader ulama yang profesional,” imbuhnya.
Prof Nasar, begitu akrab disapa mengatakan, kader ulama yang mengikuti program ini nanti dapat menjadi pemimpin atau imam besar di daerahnya masing-masing, serta menjadi pengurus MUI atau pimpinan pondok pesantren.
Apalagi, kata dia, pada masa Covid-19 ini banyak sekali ulama yang telah meninggal dunia. Karena itu, dia berharap para kader ulama yang mengikuti program ini nantinya diharapkan menjadi pengganti para ulama yang telah wafat tersebut.
“Mereka akan menajdi pengganti ulama-ulama yang banyak meninggal. Karena ada sekitar 700 orang ulama meninggal di zaman Covid-19,” ucapnya.
Rektor PTIQ ini menjelaskan, pengkaderan ulama perempuan sendiri merupakan program pertama di dunia. Karena itu, menurut dia, program ini juga mendapat dukungan dari Universitas Al Azhar Mesir.
“Jadi ulama itu selama ini yang banyak hanya laki-laki. Jadi kita akan mencetak ulama perempuan. Ini yang pertama di dunia. Makanya dukungan Al Azhar itu bagus sekali program ini,” kata Prof Nasaruddin.
Materi kuliah yang diberikan kepada kader ulama nantinya juga akan berbeda dengan mahasiswa biasa yang kuliah di PTIQ. Bahkan, kata dia, para kader ulama tersebut juga akan diikutsertakan secara khusus pada kegiatan Majelis Tarjih atau Bahtsul Masail di beberapa ormas Islam, sehingga mereka bisa menyikapi isu keagamaan yang berkembang di zaman sekarang ini.
“Dan nanti itu kekhususannya juga inya Allah akan diberikan kesempatan short course di luar negeri, untuk S3-nya enam bulan, dan untuk yang S2-nya tiga bulan,” jelasnya.
Menurut Prof Nasaruddin, 100 kader ulama yang lolos seleksi nantinya juga akan diajari ulama dari dalam negeri maupun luar negeri, seperti dari Universitas Al Azhar Kairo, Australia, dan Universitas Harvard.
Karena itu, dia mengajak kepada seluruh calon ulama di Indonesia untuk segera mendaftar program PKU-MI. Sedangkan proses pendaftarannya sendiri dapat diakses di laman www.pku.istiqlal.or.id atau laman resmi LPDP.
“Ini kesempatan yang paling baik, karena ini akan ditanggung semuanya. Kemudian juga akan ditangani secara khusus bagaimana menjadi imam, bagaimana memimpin pondok, dan bagaimana melaksanakan kegiatan-kegaitan sosial,” katanya.
Prof Nasaruddin menambahkan, calon pendaftar setidaknya harus memiliki kemampuan bahasa Inggris. Karena, menurut dia, para kader ulama nantinya juga diharapkan menjadi imam di luar negeri.
“Bahasa inggrisnya nanti juga akan diperkuat. Karena permintaan imam ke Indonesia ini banyak sekali. Imam di luar negeri itu kan bukan hanya imam sholat, tapi juga bisa memimpin umat,” jelasnya.