Jumat 01 Oct 2021 16:04 WIB

Menegur Orang Haruskah dengan Sakiti Perasaannya?  

Rasulullah SAW menegur dengan lemah lembut dan tak menyakiti

Rasulullah SAW menegur dengan lemah lembut dan tak menyakiti. Ilustrasi menegur
Foto:

Oleh : Ustadz Yendri Junaidi Lc MA, dosen STIT Diniyyah Puteri Padang Panjang, alumni Al-Azhar Mesir

Saking kerasnya teguran Nabi Muhammad SAW, beliau melanjutkan dengan kalimat yang lebih tajam:

لَيَنْتَهُنَّ عَنْ ذَلِكَ أَوْ لَتُخْطَفَنَّ أَبْصَارُهُمْ “Mereka mesti berhenti dari hal itu, atau penglihatan mereka akan dicabut.” 

Ancaman kerasnya disampaikan tapi siapa pelakunya dirahasiakan. Pesan utamanya masuk tapi harga diri mereka yang ditegur tetap terjaga. 

Suatu ketika, Rasulullah SAW melihat ada bekas (maaf) dahak di masjid. Beliau tidak mencari tahu siapa pelakunya. Beliau langsung saja membersihkan bekas itu dengan tangannya yang mulia, lalu bersabda: 

مَا بَالُ أَحَدِكُمْ يَقُومُ مُسْتَقْبِلَ رَبِّهِ فَيَتَنَخَّعُ أَمَامَهُ، أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يُسْتَقْبَلَ فَيُتَنَخَّعَ فِي وَجْهِهِ؟ فَإِذَا تَنَخَّعَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَنَخَّعْ عَنْ يَسَارِهِ، تَحْتَ قَدَمِهِ، فَإِنْ لَمْ يَجِدْ فَلْيَقُلْ هَكَذَا ، وَوَصَفَ الْقَاسِمُ فَتَفَلَ فِي ثَوْبِهِ، ثُمَّ مَسَحَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْض 

“Mengapa ada di antaramu yang menghadap Rabb-nya lalu ia meludah ke arah depan? Apakah dia mau kalau ada orang yang meludah di depannya? Kalau di antaramu ada yang ingin meludah ketika shalat maka meludahlah ke arah kiri bawah. Kalau tidak bisa maka lakukan seperti ini.” 

Al Qasim, sang perawi hadits, menjelaskan dengan cara meludah di tepi baju lalu dilapkan kedua sisinya. 

Di saat yang lain ada seorang wanita datang pada Rasulullah SAW bertanya tentang haid. Rasulullah sudah menjelaskan dengan bahasa-bahasa kiasan. Tapi tampaknya wanita itu belum juga paham. 

Rasul pun malu untuk menjelaskannya dengan bahasa yang lebih vulgar. Akhirnya datanglah Aisyah. Dia lalu menarik tangan wanita itu ke belakang dan menjelaskan padanya secara lebih detail. Saking pemalunya Baginda, Abu Sa’id Al Khudri mengatakan: 

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَشَدَّ حَيَاءً مِنَ العَذْرَاءِ فِي خِدْرِهَا، فَإِذَا رَأَى شَيْئًا يَكْرَهُهُ عَرَفْنَاهُ فِي وَجْهِهِ

“Nabi SAW itu lebih pemalu dari gadis di sudut kamarnya. Apabila beliau melihat sesuatu yang tidak disukainya kami dapat menangkap itu dari mimik wajahnya.” Ketidaksukaan Nabi tampak pada wajahnya, bukan pada kata-katanya.   

Ada seorang laki-laki yang dijuluki dengan Himar (keledai). Nama aslinya Abdullah. Dia sudah sekian kali dicambuk oleh Nabi karena minum khamar. Tapi dia adalah seorang yang humoris. Tak jarang dia membuat Nabi tertawa. 

Suatu ketika dia kembali dibawa ke hadapan Nabi karena telah meminum khamar. Di antara yang hadir menyaksikan itu ada seseorang yang tidak bisa menyembunyikan rasa kesalnya pada Abdullah alias Himar. Orang ini berkata:

اللَّهُمَّ العَنْهُ، مَا أَكْثَرَ مَا يُؤْتَى بِهِ “Ya Allah, kutuklah dia. Begitu sering dia dibawa kesini untuk dicambuk.” Mendengar itu Rasulullah SAW bersabda:

لاَ تَلْعَنُوهُ، فَوَاللَّهِ مَا عَلِمْتُ إِنَّهُ يُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ “Jangan kutuk dia. Demi Allah, yang aku tahu dia mencintai Allah dan Rasul-Nya.” 

 

اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا وحبيبنا ومولانا وشفيعنا وقرة أعيننا محمد وعلى آله وصحبه وسلم تسليما كثيرا

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement