REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Otoritas berwenang Prancis akan menutup penerbit Muslim bernama "Nawa Editions" karena telah mendistribusikan beberapa buku yang melegitimasi jihad. Langkah yang diambil ini diumumkan Menteri Dalam Negeri sayap kanan Prancis Gerald Darmanin.
"Saya telah memulai prosedur pembubaran penerbit Islam 'Nawa,' khususnya karena distribusi beberapa karya yang melegitimasi jihad. Langkah untuk membekukan aset yang menargetkan asosiasi dan para pemimpinnya juga telah diambil," kata dia dalam cuitan di akun Twitter, dilansir di 5 Pillars, Ahad (19/9).
Sumber-sumber pemerintah menyampaikan, penerbit yang berbasis di Ariège di barat daya Prancis itu memiliki garis editorial yang jelas anti-universalis dan bertentangan langsung dengan nilai-nilai Barat. Selain itu, di situsnya, penerbit tersebut menggambarkan dirinya sebagai organisasi yang bertujuan mempromosikan ilmu-ilmu kemanusiaan dan politik yang lahir dari warisan Islam.
Penerbit itu dalam lamannya juga menyebut berkontribusi pada revitalisasi disiplin-disiplin ini dengan mempelajari dunia dan sains Barat, ideologi dan doktrin politik modern. Namun tidak jelas buku mana yang telah diidentifikasi pemerintah sebagai melegitimasi jihad.
Situs Nawa Editions tidak berfungsi saat ini. Namun, buku-buku yang tersedia untuk dijual di halaman Facebook-nya tampaknya adalah buku-buku biasa yang diharapkan dapat ditemukan di toko buku Islam tentang Alquran, hadits dan sejarah Islam, serta tokoh politik Islam terkemuka seperti Sayyid Quthb.
Nawa Editions mengatakan tuduhan itu tidak berdasar dan keputusan itu murni politis. Dalam sebuah pernyataan, penerbit tersebut mennyampaikan saat ini tengah dalam ancaman pembubaran karena alasan politik murni. Mereka menilai, tudingan yang dilayangkan kepadanya tidak berdasar.
"Sayangnya kami telah menyaksikan peristiwa baru-baru ini dan arah yang diambil model politik Prancis yang mengekspresikan dirinya dalam pembubaran sewenang-wenang. Tapi ini yang pertama untuk pembubaran sebuah penerbit. Buku dan terjemahan kami berada di garis bidik. Tapi kami dan ribuan pembaca kami tahu betul bahwa tuduhan ini tidak berdasar," demikian pernyataan Nawa Editions.
Selama setahun terakhir, pihak berwenang Prancis telah menutup badan amal Islam terbesar di negara itu dan organisasi anti-Islamofobia utamanya karena dugaan ekstremisme. Mereka juga menargetkan masjid dan imam.
Idriss Sihamedi, kepala badan amal Muslim BarakaCity, mengatakan, pemerintah telah menjadi radikal. "Kami menghadapi ideologi yang hanya ingin memerangi Islam dan Muslim, untuk mengatur Islam dan Muslim dan menjatuhkan hukuman administratif kepada mereka," ucapnya.
Sumber: https://5pillarsuk.com/2021/09/18/france-closes-muslim-publishing-house-for-legitimising-jihad/