Jumat 17 Sep 2021 17:54 WIB

Wamenag Dorong Mahasiswa PTKI Jadi Agen Moderasi Beragama

Menurutnya, pengarusutamaan moderasi beragama setidaknya dilandasi oleh tiga hal.

Wamenag Dorong Mahasiswa PTKI Jadi Agen Moderasi Beragama. Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi.
Foto: dok. Kemenag
Wamenag Dorong Mahasiswa PTKI Jadi Agen Moderasi Beragama. Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa'adi mendorong mahasiswa di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) agar menjadi agen moderasi beragama di tengah masyarakat.

"Anda semua harus bangga menjadi bagian dari PTKI yang selama ini menjadi tempat penyemaian terbaik Islam yang rahmatan lil alamin yang dipadu dengan ilmu-ilmu filsafat dan sosial humaniora," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat (17/9).

Baca Juga

Pernyataan Wamenag itu disampaikan saat memberikan pembekalan Mahasiswa UIN Alauddin Makassar, Sulawesi Selatan, yang akan menjalani program Kuliah Kerja Nyata (KKN). Wamenag berbicara tentang "Peran Mahasiswa Sebagai Katalisator Keberagamaan Moderat Pada Masyarakat".

Ia mengutip hasil penelitian Pusat Studi Agama dan Budaya UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 2018 yang menunjukkan ancaman ekstremisme di kalangan kaum muda berusia 15-24 sangat mengkhawatirkan. Penelitian sejenis dilakukan pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta di 18 kota/ kabupaten di Indonesia berkenaan literatur keislaman generasi milenial.

Hasil penelitian itu menunjukkan generasi milenial sangat tertarik untuk mengakses literatur keagamaan. Masalahnya adalah terletak pada pilihan topik yang paling banyak diminati yakni jihad dan khilafah.

"Karenanya, jadikan anda duta moderasi beragama yang menjadi katalisator untuk mendesiminasikan wawasan dan paham keislaman yang inklusif, toleran dan damai," katanya.

Menurut Wamenag, pengarusutamaan moderasi beragama setidaknya dilandasi oleh tiga hal yakni kehadiran agama untuk menjaga martabat manusia dengan pesan utama rahmah (kasih sayang), lalu pemahaman bahwa pemikiran keagamaan bersifat historis. "Sementara realitas terus bergerak secara dinamis, sehingga kontekstualisasi adalah keniscayaan, tidak justru terjebak pada teks yang melahirkan cara beragama yang ekslusif," katanya.

Terakhir, kata dia, yakni tanggung jawab untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia dari siapa saja yang ingin merongrong kehormatannya. "Pemimpin tidak lahir dengan sendirinya, tetapi harus diciptakan melalui forum-forum pendidikan dan pelatihan. Gunakan kesempatan Kuliah Kerja Nyata ini untuk menggali berbagai ilmu pengetahuan, berinteraksi dan membangun komunitas secara apik serta mengasah keterampilan kepemimpinan yang diperlukan," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement