REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Forum Zakat (Foz) sekaligus Direktur Komunikasi dan Aliansi Strategi Dompet Dhuafa (DD), Bambang Suherman mengungkapkan, kinerja gerakan zakat di masa covid-19 yang masih berlangsung cukup stabil.
"Performance gerakan zakat masih stabil, adaptasi terhadap sistem digital menjadi keharusan bukan kebutuhan dan akan terus diperkuat," kata Bambang dalam acara Focus Group Discussion (FGD) Optimalisasi Digital Fundraising di masa Pandemi melalui akun Youtube Republika Official pada Senin (13/9).
Bambang mengatakan, pandemi Covid telah berpengaruh pada tingkat kekayaan sejumlah orang. Akan tetapi kondisi ini juga membuat sebagian orang untuk dapat lebih meningkatkan kedermawanannya, statusnya bisa berubah bisa jadi tidak muzaki tapi belum termasuk mustahik.
"Semakin dekatnya kemiskinan semakin besar keinginan untuk berbagi hadir. Angka transaksi berkurang, satu sisi dengan status mustahik bisa berubah di masa pandemi. Nisabnya tinggi Rp 6,8 juta itu masuk muzaki. Kemampuan donasi tetap ada, hanya akad beda dan volume menurun," ucap Bambang.
Bambang mengatakan, dalam data Foz ada pertumbuhan pada pengumpulan dana dari konvensional ke digital selama 2019 ke 2020. Sementara untuk DD 74 persen bergeser ke kanal digital dari pembayaran donatur ke lembaga.
Lembaga zakat juga terus bekerja sampai ke tingkat bawah seperti dari RW atau pun kelurahan. Hal ini karena ada muzaki yang ingin agar tetangga terdekat yang ikut terdampak secara ekonomi dapat merasakan manfaat dari penyaluran lembaga zakat.
"Kolaborasi seluasnya, lembaga zakat kecil menempel dengan lembaga zakat sedang, yang besar memberikan fasilitas," kata dia.
Sementara Direktur Operasi-Chief Operating Officer (COO) Link aja, Widjayanto mengatakan, covid berdampak pada turunnya status klasifikasi kelas Bank Dunia berdasarkan penghasilan dari pendapatan menengah atas menjadi menengah atas menjadi menengah bawah. Selain itu angka pengangguran akibat covid-19 juga mengalami peningkatan.
"Indonesia memiliki potensi perekonomian digital yang besar diproyeksi Rp 1,826 triliun di 2025. Pandemi covid-19 turut mempercepat adaptasi teknologi atau penggunaan platform digital," kata dia.
Widjayanto mengatakan, Indonesia terkenal sebagai negara yang paling dermawan di dunia berdasarkan world giving index 2021. Sejalan dengan hal tersebut tren pengumpulan zakat dan sedekah dari channel digital berdasarkan data Baznas meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun.
Adanya covid mendorong adaptasi digital, hal ini dilakukan karena ingin mengurangi kontak fisik. Sementara Bank Indonesia telah mendorong transaksi non-tunai.
"Pertumbuhan fitur Ziswaf (zakat infak, sedekah dan wakaf) layanan syariah Link Aja 2020 dengan 2021. pada periode Januari-Juli 2020 kenaikan secara transaksi naik 786 persen dengan Januari-Juli 2021, hanya untuk ziswaf ada kenaikan cukup signifikan, dan juga berkolaborasi dengan 30 lembaga nasional dam 474 lembaga lokal," ucapnya.