Ahad 12 Sep 2021 03:13 WIB

Kebangkitan dan Kemunduran Islam Politik di Dunia Arab

Rezim otokratis dan partai-partai Islam di dunia Arab memiliki tantangan tak mudah.

Rep: Mabruroh/ Red: Agung Sasongko
Pendukung Partai Keaslian dan Modernitas berjalan di jalan Madinah selama tur kampanye di Casablanca, Maroko, Senin, 6 September 2021. Tempat pemungutan suara dibuka pada 8 September untuk pemilihan parlemen kerajaan Afrika Utara, di mana 395 kursi di majelis tinggi Parlemen diperebutkan.
Foto:

Bertentangan dengan kasus di Maroko, Presiden Saied hanya memecat PM Hicham Mechichi, menangguhkan parlemen terpilih sampai pemberitahuan lebih lanjut, mengambil alih kekuasaan eksekutif, kekuatan penganiayaan publik dan menunjuk tokoh-tokoh setia ke beberapa posisi kritis. Dia nyaris tidak menghadapi kritik atau tekanan dari demokrasi Barat. 

Pekan lalu, putra mendiang diktator Libya Muammar Gaddafi, Saif al Islam,  mengumumkan bahwa ia akan mencalonkan diri dalam pemilihan presiden yang akan diadakan pada 24 Desember nanti.

Di Suriah, Bashar al Assad dengan bangga mengumumkan bahwa ia memenangkan pemilihan dengan perolehan 95,1 persen suara. Secara teori, klaim itu akan memungkinkan Assad untuk tetap berkuasa hingga 2028, atau mungkin mempersiapkan kepemimpinan selanjutnya untuk anaknya, Hafez.

Di Mesir, tindakan keras terhadap Ikhwanul Muslimin (MB) berlanjut dalam beberapa cara. Pengadilan Mesir terus menjatuhkan hukuman mati terhadap para pemimpin dan anggota MB. Juli lalu, parlemen  mengesahkan undang-undang yang memungkinkan pemerintah memecat pegawai negeri yang terkait dengan MB.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement