Selasa 07 Sep 2021 08:22 WIB

Muslim dan Budaya Jam Karet: Bagaimana dengan Indonesia?

Budaya jam karet dalam masyarakat Muslim

Jam di Masjidil Haram terlihat dari kejauhan. Bahkan jam ini masih terlihat beget jelas dari jarak 7 KM, misalnya dari kawasan Mina.
Foto: Wikipedia
Jam di Masjidil Haram terlihat dari kejauhan. Bahkan jam ini masih terlihat beget jelas dari jarak 7 KM, misalnya dari kawasan Mina.

Ngaret jelas bukan budaya dalam Islam. Sebagaimana yang dicontohkan para ulama. Tersebutlah Abdullah bin Hamud Az Zubaidi.

 

Ia rela tidur di kandang ternak gurunya setiap malam agar bisa mendahului murid-murid yang lain. Tujuannya, selain supaya tidak terlambat, ia ingin mengajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya pada gurunya sebelum murid lain datang.

Kebiasaan serupa dimiliki Abdurahman bin Qasim al-Utaqa. Tiap kali menemukan persoalan dan hendak mencari jawabannya dari Iman Malik bin Anas, dia mendatangi gurunya sebelum waktu sahur tiba, supaya tidak terlambat. Tak jarang Ibnu al-Qasim membawa bantal dan tidur di depan rumah Imam Malik.

Suatu kali karena terlalu lelap tidur, Ibnu al-Qasim sering tidak mengetahui bahwa Imam Malik telah keluar rumah menuju masjid. Saat itu terjadi, pembantu Imam Malik menendangnya dan berkata, “Gurumu sudah keluar meningalkan rumah, tidak seperti kamu yang tertidur!”

Meski mendapat banyak permakluman, ngaret sejatinya adalah cidera janji. Dan itu bukan cerminan wajah seorang Muslim. Yuks, mulai sekarang say no to ngaret!

Ngaret jelas bukan budaya dalam Islam. Sebagaimana yang dicontohkan para ulama. Tersebutlah Abdullah bin Hamud Az Zubaidi.

Ia rela tidur di kandang ternak gurunya setiap malam agar bisa mendahului murid-murid yang lain. Tujuannya, selain supaya tidak terlambat, ia ingin mengajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya pada gurunya sebelum murid lain datang.

Kebiasaan serupa dimiliki Abdurahman bin Qasim al-Utaqa. Tiap kali menemukan persoalan dan hendak mencari jawabannya dari Iman Malik bin Anas, dia mendatangi gurunya sebelum waktu sahur tiba, supaya tidak terlambat. Tak jarang Ibnu al-Qasim membawa bantal dan tidur di depan rumah Imam Malik.

Suatu kali karena terlalu lelap tidur, Ibnu al-Qasim sering tidak mengetahui bahwa Imam Malik telah keluar rumah menuju masjid. Saat itu terjadi, pembantu Imam Malik menendangnya dan berkata, “Gurumu sudah keluar meningalkan rumah, tidak seperti kamu yang tertidur!”

Meski mendapat banyak permakluman, ngaret sejatinya adalah cidera janji. Dan itu bukan cerminan wajah seorang Muslim. Yuks, mulai sekarang say no to ngaret!

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement