Sabtu 04 Sep 2021 04:45 WIB

Menjadi Mualaf Bukan Berarti Meninggalkan Keluarga

Sebagai seorang mualaf, hal terberat adalah memberitahu keluarga mereka.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Menjadi Mualaf Bukan Berarti Meninggalkan Keluarga
Foto:

Sebagai seorang mualaf, hal terberat adalah memberitahu keluarga mereka. Ini adalah tugas yang menakutkan karena takut akan ditolak.

Jika ada yang mengalami hal serupa, maka kamu bukan satu-satunya yang mengalami nasib seperti itu. Karena Nabi Ibrahim pun ditolak oleh kaumnya bahkan dilempar ke dalam api, lalu Nabi Isa dijatuhi hukuman mati oleh kaumnya sendiri, dan Nabi Muhammad dihina dan diancam oleh sukunya.

Ditolak oleh orang yang dicintai adalah pengalaman yang sangat menyakitkan. Para Nabi, para sahabat Nabi, dan banyak orang saleh telah mengalami hal yang sama yang dihadapi banyak mualaf baru hari ini. Dan orang-orang mulia ini memegang teguh iman mereka meskipun ada tekanan kuat.

"Kita dapat mengambil pelajaran dari mereka yang datang sebelum kita yang ditolak dan tergoda untuk berbalik dari iman mereka," ujar Theresa.

Ada sebuah cerita dari tanah Makkah, yakni ketika Mus'ab ibn Umair, salah satu sahabat Nabi yang kaya raya, selalu berpakaian bagus, dan dicintai hingga ia memeluk Islam. Ketika keluarganya mengetahui dia adalah seorang Muslim, ibunya mengikatnya dan menyiksanya. Ketika Mus'ab tidak mau melepaskan imannya, ibunya mengambil pakaian dan kekayaannya dan mengusirnya. Mus'ab kemudian menjadi duta besar Islam pertama di Madinah.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement