Kota-kota tradisional Kristen yang menghiasi Dataran Niniwe di utara dikosongkan pada 2014 ketika orang-orang Kristen serta banyak Muslim melarikan diri dari serangan kelompok Daesh. Hanya sedikit yang kembali ke rumah mereka sejak kekalahan Daesh di Irak diumumkan empat tahun lalu, dan sisanya tetap tersebar di tempat lain di Irak atau di luar negeri.
Macron tiba di Baghdad Sabtu pagi di mana ia mengambil bagian dalam sebuah konferensi yang dihadiri oleh para pejabat dari seluruh Timur Tengah. Hal ini bertujuan meredakan ketegangan Timur Tengah dan menggarisbawahi peran baru negara Arab itu sebagai mediator.
Macron memuji konferensi Baghdad sebagai dorongan besar bagi Irak dan kepemimpinannya. Negara itu sebagian besar telah dijauhi oleh para pemimpin Arab selama beberapa dekade terakhir karena masalah keamanan di tengah perang berturut-turut dan kerusuhan internal, bandaranya sering diserang dengan roket oleh pemberontak.
Macron bersumpah mempertahankan pasukan di Irak terlepas dari pilihan Amerika dan selama pemerintah Irak meminta dukungannya. Prancis saat ini berkontribusi pada pasukan koalisi internasional di Irak dengan 800 tentara.
Pada Sabtu malam, Macron mengunjungi tempat suci Syiah di Baghdad sebelum terbang ke kota utara Irbil. Ia bertemu peraih Nobel Perdamaian Nadia Murad, aktivis berusia 28 tahun yang dipaksa menjadi budak seksual oleh para pejuang Daesh di Irak.
Seorang anggota minoritas Yazidi Irak, Murad termasuk di antara ribuan perempuan dan gadis yang ditangkap dan dipaksa menjadi budak seksual oleh ISIS pada 2014. Ibu dan enam saudara laki-lakinya dibunuh oleh ISIS di Irak. Dia menjadi aktivis atas nama perempuan dan anak perempuan setelah melarikan diri dan mencari perlindungan di Jerman dan berbagi Hadiah Nobel Perdamaian pada 2018.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
