"Ada 10 hal penting yang ia pahami sedari kecil. Di antaranya bagaimana berbagi dengan sesama, bermain dengan adil, tidak mudah memukul orang, menata kembali barang yang sudah dipakai, tidak mengambil barang yang bukan punya sendiri, mengatakan maaf jika menyakiti orang, serta mencuci tangan sebelum makan," ujarnya.

Ia pun menyinggung hasil penelitian yang dilakukan oleh Islamicity Indices Foundation, yang didirikan oleh Prof Hossein Askari. Yayasan ini sejak 2015 membuat penelitian tentang negara yang mencerminkan nilai Islami, terlepas dari negara tersebut berisi mayoritas Muslim atau tidak.

Berdasarkan hasil index 2020, dari 151 negara yang dilakukan penelitian, negara yang menduduki posisi 10 besar bukanlah berasal dari negara mayoritas Muslim. Mereka adalah Selandia Baru, Islandia, Belanda, Swedia, Norwegia, Denmark, Irlandia, Swiss, Kanada, serta Finlandia.

Oman berada di posisi 63, Indonesia di posisi 62, Qatar posisi 51, Malaysia di posisi 48 dan Uni Emirat Arab (UEA) menduduki peringkat 47. Tiga posisi terakhir, 149, 150 dan 151 diduduki negara mayoritas Islam, yaitu Sudan, Afghanistan dan Syria.

Penilaian yang dilakukan yayasan ini mengacu pada bagaimana negara tersebut mengatur ekonominya, bagaimana hukum dan tata negara atau pemerintahan, bagaimana hak manusia dan politik berjalan, serta relasi internasional yang dilakukan. Mereka melihat bagaimana korupsi dipandang oleh negara, menghormati sesama, serta seberapa jujur dan kerja keras negara tersebut.

Ikuti Whatsapp Channel Republika