Rabu 18 Aug 2021 23:03 WIB

Tantangan Pandemi Covid-19 dan Solusinya Menurut Tokoh Agama

Para tokoh agama menyumbangkan pemikiran mereka tangani Covid-19

Para tokoh agama menyumbangkan pemikiran mereka tangani Covid-19. ilustrasi
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Para tokoh agama menyumbangkan pemikiran mereka tangani Covid-19. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Sejumlah tokoh agama yang tergabung dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) memaparkan sejumlah tantangan berikut pendekatan yang mesti dilakukan dalam menghadapi pandemi Covid-19.

Dalam Webinar Kebangsaan Lintas Agama, Rabu (18/8), sejumlah tokoh agama silih berganti mengemukakan pandangan, termasuk program-program yang telah dilakukan masing-masing lembaga keagamaannya.

Baca Juga

Ketua PP Muhammadiyah, Syafiq Mughni, menguraikan sejumlah tantangan yang mesti dihadapi Indonesia dalam penanganan pandemi.

"Pertama, pemahaman agama. Bagaimana kita memahami agama dengan benar. Kalau tidak, maka tentu akan berlawanan dengan tujuan diberikannya agama kepada kita," ujar Syafiq.

Dia menjelaskan banyak masyarakat yang salah persepsi dalam memahami pandemi. Tak sedikit yang menyebut bahwa Covid-19 merupakan rekayasa semata, padahal pandemi telah ada sejak zaman Nabi dan tertulis di sejumlah kitab-kitab.

Kedua, tantangan pendekatan ilmu pengetahuan. Banyak masyarakat yang hanya bergantung pada agama dengan mengabaikan pendekatan sains/ilmu pengetahuan. Fenomena nyata yang terjadi seperti hanya berdoa berharap pandemi segera berakhir tapi dalam kesehariannya mengabaikan protokol kesehatan dan tak percaya vaksin.

"Agama dan ilmu pengetahuan dua area berbeda, tapi enggak bisa dipisahkan. Harus saling memperkuat satu sama lain," kata dia.

Selain itu, budaya disiplin yang rendah di masyarakat yang membuat usaha untuk mengubah perilaku menjadi tidak mudah. Padahal cara paling mudah dan murah terhindar dari penularan Covid-19 dengan menerapkan 5M.

"Gimana susahnya mendorong masyarakat untuk menjaga Prokes menunjukkan ada problem budaya," kata dia.

Sekjen PBNU Helmy, Faishal Zaini, menawarkan dua pendekatan dalam mengatasi wabah pandemi yakni secara lahir dan batin. Secara lahir, dia mendorong agar masyarakat mengubah pola hidup dari yang tak sehat menjadi lebih sehat.

"Rajin olahraga, istirahat cukup, makan teratur, minum vitamin, dan sebagainya. Sebagian besar pola hidup kita jauh dari sehat," kata dia. Kemudian menyukseskan program vaksinasi agar kekebalan kelompok dapat segera tercipta. 

Dia memberi gambaran bagaimana masyarakat di Eropa dan Amerika Serikat sudah tak perlu memakai masker karena berhasil mencapai kekebalan kelompok.

"Maka untuk itu, secara lahir tadi saya sampaikan secara natural ubah lifestyle (gaya hidup) menjadi sehat, kedua mensukseskan vaksinasi," kata dia.

Sementara pendekatan batin, masyarakat diajak untuk semakin mendekatkan diri dengan Sang Pencipta, berdoa agar pandemi segera berakhir.

"Jika Allah SWT menghendaki untuk mengangkat wabah ini, maka kun fayakun akan menghilang. Marilah bersama-sama untuk mendekatkan diri kepada Allah," kata dia.

Di sisi lain, Sekretaris Persekutuan Gereja-gereja Indonesia, Pdt Jacklevyn Manuputty, memandang adanya sejumlah kelompok yang mempolitisasi pandemi demi kepentingannya masing-masing.

"Media sosial merupakan medium yang secara efektif dipakai untuk melansir stigma yang menjurus pada pembentukan sikap xenofobia terhadap orang asing ataupun ketidakpercayaan pada pemerintah," kata dia.

Selain itu, ada perang argumen antara pendengung (Buzzer) dan pemengaruh (influencer) tanpa adanya ruang dialektis sehingga tak terbangun dialog-dialog bermartabat dan mencerahkan.

Ketua Bidang Ideologi dan Kesatuan Bangsa Parisada Hindu Dharma Indonesia I Nyoman Udayana Sangging menegaskan komitmen pemuka agama bersama umat Hindu dalam membantu pemerintah menanggulangi pandemi Covid-19.

Nyoman Udayana menjelaskan dalam menyikapi pandemi Covid-19 umat Hindu berpegang teguh pada ajaran Tri Hitna Karana yaitu pentingnya harmoni antara sesama manusia melalui kerjasama komunal dan mempromosikan kasih sayang, harmoni terhadap Tuhan, serta keselarasan dengan alam.

Selain mengedepankan prinsip ajaran Tri Hitan Karana, menurut Sangging, Parisada juga selalu menekankan pembelajaran kepada umat tentang pentingnya melaksanakan ajaran Catur Guru yaitu nilai-nilai yang dipegang teguh oleh masyarakat Hindu di Bali dan menjadi filsafat hidup masyarakatnya.   

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement