Menurutnya, Taliban di era sekarang lebih terbuka.
Namun, Kiai Muhyiddin menegaskan, tidak ingin Taliban mengambil pemerintahan dengan cara kekerasan. Sebab masyarakat dunia tidak akan mengakui pemerintahan yang dibentuk dengan cara kekerasan, oleh karena itu diadakanlah dialog Afghanistan.
"Katakanlah dialog diaspora Afghanistan yang berbeda pendapat mereka kumpul menyelesaikan (masalah yang ada)," ujarnya.
Kiai Muhyiddin juga melihat power sharing adalah keniscayaan. Bila Taliban menguasai pemerintahan, maka kelompok yang bukan Taliban mendapatkan apa. Mereka yang bukan Taliban tidak bisa dibuang begitu saja, karena masing-masing menginginkan kekuasaan.
Ia juga menegaskan, masalah Afganistan tidak bisa diselesaikan kecuali oleh orang Afghanistan. Kehadiran kekuatan-kekuatan asing justru akan merusak dan akan memecah belah persatuan dan kesatuan Afghanistan.
"Kita di Indonesia khususnya di Majelis Ulama Indonesia berharap, karena peran ulama di sana (Afghanistan) sangat dominan maka MUI ingin share, bentuk saja Majelis Ulama Afganistan terdiri dari etnis tertentu kemudian nanti sepakat untuk damai," ujarnya.
Baca juga : Qatar Minta Taliban Hentikan Serangan di Afghanistan