REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Amal ibadah merupakan pengabdian umat manusia kepada Allah SWT. Setiap amal ibadah yang dilakukan umat Islam memiliki potensi untuk diterima dan ditolak Allah SWT.
Namun, umat Islam tentunya berharap semua amal ibadahnya diterima di sisi Allah. Lalu, amal seperti apa yang paling diterima Allah SWT?
Jawabannya terdapat dalam kitab Al-Hikam, sebuah kitab tasawuf karya Ibnu Athaillah yang sangat populer di dunia Islam selama berabad-abad, sampai hari ini.
Kitab ini berisi kalam hikmah, pemahaman tauhid, akhlak, dan ma'rifatullah. Ibnu Athaillah As Sakandari dalam karyanya tersebut mengatakan:
لا عمل أرجى للقلوب من عمل يغيب عنك شهوده ويحتقر عندك وجوده “Tiada amal yang lebih perpeluang diterima daripada amal yang tidak kau sadari dan tidak berarti di matamu.”
Dalam syarahnya di kitab al-Hikam terbitan TuRos, Syekh Abdullah Asy Syarqawi menjelaskan bahwa “amal yang yang tidak kau sadari” itu maksudnya adalah amalmu yang engkau yakini, dibimbing dan dilakukan Allah. Tanpa Allah, niscaya amal itu tidak akan kau lakukan.
Sedangkan “amal yang tidak berarti di matamu” itu maksudnya adalah amal yang tidak engkau jadikan sandaran untuk meraih sebuah keinginan, seperti keinginan untuk bisa sampai kepada Allah dan dekat dengan-Nya atau keinginan mendapatkan derajat dan kedudukan tinggi. Bahkan, engkau masih memandang amal itu kurang sempurna dan tidak terbebas dari cacat yang membuatnya sulit diterima Allah.