Sabtu 31 Jul 2021 04:50 WIB

Krisis Ulama Perempuan di Jakarta dan Bagaimana Solusinya?

Ulama perempuan di Jakarta masih belum banyak muncul di permukaan

Ulama perempuan di Jakarta masih belum banyak muncul di permukaan. Ilustrasi majelis taklim perempuan
Foto:

Oleh : Ustadz Rakhmad Zailani Kiki, penulis buku Genealogi Intelektual Ulama Betawi dan Kepala Lembaga Peradaban Luhur

Ada juga Nyai Hj Siti Zubaidah KH Hasbiyallah, istri dari KH Hasbiyallah, pendiri Lembaga Pendidikan Islam Al-Wathoniyah, Klender, Jakarta Timur, yang menulis risalah berbahasa Arab Melayu dengan judul Kaifiyah Sembahyang Tarawih dan Sholat Iedain. 

Dari penjelasan kiprah dakwah, karya sosial dan karya intelektual para ulama perempuan Jakarta di atas,  untuk saat ini jumlah ulama perempuan Jakarta yang berdakwah di podium, televisi, radio, media online, dan majelis taklim jumlahnya masih banyak walau yang kondang saat ini bisa dikatakan kira-kira tidak sampai lima orang. Artinya, saat ini, regenerasinya masih jalan walau harus ditingkatkan kapasitasnya agar sekondang para pendahulunya atau yang lainnya.  

Namun kini, ulama perempuan Jakarta yang kondang maupun yang  belum kondang yang memiliki karya intelektual berupa karya tulis populer, dalam arti diminati dan dinikmati masyarakat umum, sudah nyaris belum ada lagi.

Jika pun ada karya tulisnya, maka karya tulisnya merupakan karya ilmiah bukan karya populer, itu pun untuk konsumsi dunia akademis. Sebab kebanyakan ulama perempuan generasi sekarang selain masih berdakwah dan mengajar di majelis taklim, juga berkiprah di kampus menjadi dosen. 

Ini tentu sebuah kekurangan dan pekerjaan rumah bagi ulama perempuan Jakarta untuk dapat menghasilkan karya tulis yang populer yang bermanfaat umat atau masyarakat umum seperti pendahulunya.   

Selain itu, tantangan dakwah di masa yang akan datang tentu lebih komplek karena media dakwahnya  yang juga kini lebih kompleks, beragam di era industri 4.0, seperti media sosial, sehingga ulama perempuan Jakarta harus mampu menguasai dan memanfaatkan media dakwah di era industri 4.0 yang berbasis internet agar dakwahnya dapat sampai ke mad`u, objek dakwah, dengan maksimal.

Saya masih belum banyak melihat ulama perempuan Jakarta yang kondang di media sosial, selain Mamah Dedeh dan Ustadzah Lulu Susanti. Kalau sekedar memiliki media sosial, banyak ulama perempuan Jakarta yang memiliki media sosial namun penonton atau pengikutnya masih sangat sedikit, belum kondang.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement