Kamis 29 Jul 2021 23:54 WIB

Mengenal Agama Baha’i yang Disebut Menag

Menag mengucapkan selamat hari raya untuk agama Baha'i.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Muhammad Hafil
Taman Bahai, Mount Carmel, Haifa, Israel
Foto:

Ajaran Baha’i masuk ke Indonesia

Sementara itu, ajaran Baha’i mulai tersebar di Indonesia di Sulawesi. Jamal Effendi dipilih oleh Bahá’u’lláh untuk mengadakan perjalanan ke India. Pada perjalanan-perjalanan berikutnya, dia didampingi oleh Sayyid Mustafa Rumi dan beberapa pelayan lain termasuk kunjungan ke Burma pada tahun 1878 dan Malaysia sekitar tahun 1883.

Sejak itu, mereka juga berlayar ke Singapura dan mendapat izin mengunjungi Jawa. Pemerintah Belanda mengizinkan mereka untuk mengunjungi kota-kota pelabuhan di Indonesia. Setelah Pulau Jawa, perjalanan emereka selanjutnya adalah Makassar, Sulawesi Selatan. Menggunakan sebuah kapal kecil mereka berlayar ke pelabuhan Pare-Pare dan disambut oleh Raja Fatta Arongmatua Aron Rafan. Sang Raja sangat tertarik dengan ajaran agama baru ini. Lalu mereka melanjutkan perjalanan ke Sedendring, Padalia dan Fammana.

Dengan menggunakan sampan, mereka melanjutkan perjalanan sepanjang sungai sampai mereka tiba dengan selamat di Bone. Di sini, Raja Bone meminta mereka untuk menyiapkan suatu buku panduan untuk administrasi kerajaan dan Sayyid Mustafa Rumi melaporkan mereka telah menulisnya sejalan dengan ajaran-ajaran Bahá’i. Karena batas kunjungan empat bulan yang secara tegas diberikan oleh Gubernur Belanda di Makassar, mereka meninggalkan Sulawesi menuju ke Surabaya dan kemudian kembali ke Batavia.

Cara ibadah

Dilansir Bahai.id, Kamis (29/7), pengikut Baha’i berdoa dalam kegiatan ibadah mereka. Doa adalah percakapan rohani antara jiwa dengan Penciptanya tanpa perantara. Mereka mengucapkan doa dengan hati yang ikhlas dan murni yang kondusif untuk perenungan  dan meditasi sehingga akal manusia dapat diterangi olehnya. Doa seperti itu akan memperkuat daya tembus dari Firman Ilahi, mengubah kecenderungan duniawi menjadi sifat-sifat surgawi, dan mengilhami orang untuk mengabdi tanpa pamrih kepada umat manusia.

 

Mereka berdoa di rumah ibadah yang dipersembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Rumah ibadah Baha’i merupakan sumbangan masyarakat Bahá’í bagi seluruh umat manusia termasuk semua pemeluk agama yang berbeda-beda. Rumah ibadah tersebut merupakan tempat untuk berdoa dan bermeditasi dan tidak dibatasi hanya untuk umat Baha’i saja. Bahá’u’lláh mengajarkan doa dan sembahyang merupakan percakapan antara manusia dan penciptanya yang bersifat rohani dan tidak harus dilaksanakan di rumah ibadah khusus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement