Rabu 28 Jul 2021 07:27 WIB

Teman Baik dan Teman Jahat, Ini Pesan Rasulullah ke Ali   

Rasulullah SAW berpesan kepada Ali bin Abi Thalib pintar berteman

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Rasulullah SAW berpesan kepada Ali bin Abi Thalib pintar berteman. Ilustrasi teman
Foto: Republika/Musiron
Rasulullah SAW berpesan kepada Ali bin Abi Thalib pintar berteman. Ilustrasi teman

REPUBLIKA.CO.ID, Salah satu indikator kesuksesan seorang hamba adalah ketika mampu menjalin hubungan yang baik dengan sesama manusia (habluminannas). Upaya untuk menjalin hubungan baik sesama manusia itu dapat melalui pertemanan. 

Namun demikian, Islam telah memberikan tuntunan tentang bagaimana seorang Muslim dalam menjalin pertemanan sehingga mengantarkan dirinya serta orang-orang di sekitarnya senantiasa berbuat kebaikan di jalan Allah SWT dan mencegah dari segala kemaksiatan. 

Baca Juga

Rasulullah SAW telah memberikan tuntunan tentang menjalin pertemanan yang dapat ditemukan dalam kitab Washiyat Al-Musthafa, kitab berisi wasiat-wasiat Rasulullah kepada Ali bin Abi Thalib yang disusun Syekh Abdul Wahab bin Ahmad bin Ali bin Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Musa Asy Syarani Al Anshari Asy Syafi'i Asy Syadzili Al Mishri atau dikenal sebagai Imam Asy Syarani. 

يَا عَلِيُّ، بِئْسَ الصَّدِيْقُ الَّذِيْ يُقَصِّرُ فِيْ صَدِيْقِهِ وَيُفْشِيْ سِرَّهُ “Wahai Ali seburuk-buruknya teman itu adalah orang yang teledor terhadap temannya dan menyebar luaskan rahasia temannya.” 

Maksud teledor dalam pengertian di atas adalah sosok teman yang tidak memperdulikan temannya baik dari sisi lahiriyah maupun batiniyah.

Dari sisi lahiriyah misalnya dia tak memperdulikan kendati temannya kekurangan bahkan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari dan lain sebagainya.

Sedangkan dari sisi batiniyah misalnya dia tak memperdulikan temannya ketika terjerumus dalam perbuatan maksiat atau dosa, bahkan dia sama sekali tidak pernah mengajak temannya agar semakin menjadi pribadi yang baik. Selain itu disebutkan juga teman yang buruk adalah yang suka menyebar rahasia, menyebar aib, bergosip tentang temannya.  

يَا عَلِيُّ، لِلصَّدَاقَةِ عَلَامَاتٌ أَنْ يَجْعَلَ مَالَهُ دُوْنَ مَالِكَ وَنَفْسَهُ دُوْنَ نَفْسِكَ وَعِرْضَهُ دُوْنَ عِرْضِكَ 

“Wahai Ali pertemanan itu punya beberapa tanda. Teman menjadikan hartanya di bawah hartamu (maksudnya tandanya teman itu tidak mau mengungguli, tidak mau menyaingi). Dan dirinya berada di bawah dirimu (maksudnya teman itu rendah hati) dan harga dirinya di bawah harga dirimu (maksudnya teman itu mau menghormati temannya).”  

يَا عَلِيُّ، أَلْفُ صَدِيْقٍ قَلِيْلٌ وَعَدُوٌّ وَاحِدٌ كَثِيْرٌ “Wahai Ali seribu teman itu sedikit dan satu musuh itu banyak.” 

Karena itu dalam menjalani hidup seorang Muslim harus terus memperbanyak teman dan menghindari permusuhan. Sebab satu orang saja yang menjadi musuh dalam hidup itu sudah membuat sulit hidup. Semisal ada satu orang yang menebar fitnah, maka hal itu sudah cukup mempersulit kehidupan.      

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement