Ahad 11 Jul 2021 07:56 WIB

Mengenang KH Zainuddin Djazuli, Pendobrak Kekolotan Salaf

Gus Din menyederhanakan bahasa kitab kuning.

Mengenang KH Zainuddin Djazuli, Pendobrak Kekolotan Salaf. KH Zainuddin Djazuli
Foto:

Gus Din sengaja membangun kamar minimalis di bagian depan untuk menerima tamu dan tempatnya beristirahat di kala senggang. Kompleks tersebut juga dilengkapi dengan kantor administrasi dan ruang peristirahatan tamu atau wali santri dari luar kota.

Ploso memang terpencil, dari pusat Kota Kediri saja jaraknya 15 kilometer. Dari Jalan Raya Kediri-Tulungagung, untuk mencapai Ploso harus menggunakan rakit menyeberangi Sungai Brantas.

Pada bagian belakang dibangun kantin dan dapur umum. Ada lapangan kecil yang bisa digunakan bermain bola di samping tempat jemuran pakaian santri.

Kamar mandi massal dibuat berbilik-bilik terpisah dan tertutup sehingga aurat santri tidak mudah terlihat, meskipun pondok itu penghuninya adalah santri laki-laki sama dengan pondok induk. Tempat wudlu pun dibuat dengan menggunakan pancuran.

Tidak seperti pondok pesantren kebanyakan yang tempat wudlu berbentuk jamban sehingga rawan penyakit menular. Memang model bangunan pondok seperti itu masih sangat langka pada akhir 1980-an hingga awal 1990-an.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement