Selama penangguhan haji, dan hanya umrah dengan kapasitas terbatas yang diizinkan bagi warga dan ekspatriat yang berdomisili Saudi, maka tak heran banyak calon jamaah yang menyalurkan uang mereka untuk pekerjaan amal. Misalnya membeli ransum, membayar biaya sekolah atau tagihan rumah sakit, membeli konsentrator oksigen atau suntikan remdesivir.
Hal itu juga dirasakan seorang pengusaha bernama Iqbal Memon dan istrinya, yang berbasis di Mumbai India. Mereka biasanya melakukan umrah pada bulan Ramadhan selama dua dekade terakhir, hingga kemudian Covid-19 memaksa untuk membatalkan perjalanan umrah pada 2020.
"Bahkan jika situasinya telah membaik dan Saudi telah mengizinkan orang asing untuk melakukan umrah di bulan Ramadhan, kami tidak akan pergi ke sana. Kami memutuskan untuk menghabiskan uang untuk mengirim bantuan kepada orang-orang di sekitar rumah dan mengumpulkan berkah daripada mencari berkah dengan mengunjungi tempat-tempat suci," kata Memon, presiden All India Memon Jamaat Federation.
Naiknya angka kemiskinan yang disebabkan pandemi telah menyalakan kembali perdebatan tentang apakah Muslim yang kaya harus menghabiskan begitu banyak waktu untuk berziarah ke Makkah dan Madinah yang tidak wajib.