REPUBLIKA.CO.ID, MUMBAI -- Warga India memanfaatkan biaya haji mereka untuk membantu menangani pandemi Covid-19. Sejak 2008, Syaikh Anjum Pervez dan istrinya Samina telah menunaikan haji setiap tahun hingga pandemi Covid-19 menyerang.
Kondisi ini membuat haji pada 2020 dan 2021 dilarang bagi orang luar Arab Saudi. Pervez menganggap situasi ini adalah takdir Tuhan sehingga ia menggunakan dana hajinya untuk membantu orang miskin yang terdampak Covid-19, terlepas dari agama mereka.
“Pada gelombang pertama Covid-19, kami menggunakan dana haji untuk membeli makanan bagi mereka yang membutuhkan. Pada gelombang kedua, kami menggunakan dana haji untuk membayar tagihan rumah sakit, membeli obat-obatan, dan tabung oksigen untuk orang miskin,” kata Pervez yang merupakan pengusaha berbasis di Ahmednagar.
Karena ibadah haji ditunda sementara, banyak jamaah lain yang juga menyalurkan dananya untuk pekerjaan amal. Misal, membeli ransum, membayar biaya sekolah, membayar tagihan rumah sakit, membeli tabung oksigen, dan membeli obat remdesivir. Kepala All India Memon Jamaat Federation, Iqban Memon dan istrinya, membatalkan ibadah umroh pada 2020.
Bahkan, jika situasinya membaik dan Saudi mengizinkan orang luar untuk umroh, mereka tidak akan pergi. Mereka memutuskan membantu orang-orang dengan dana umrohnya.
Dilansir The Times of India, Rabu (7/7), situasi ini memicu perdapatan soal apakah Muslim yang kaya harus menghabiskan dananya hanya untuk ibadah haji tanpa membantu mereka yang membutuhkan. Cendekiawan Islam yang berbasis di Chennai A Faizur Rahman berpendapat masyarakat dapat memulai program guna mengurangi angka kemiskinan walaupun hanya menggunakan sebagian kecil dana haji dan umrah.
Sebanyak 4.48.268 Muslim India telah mendaftar untuk haji 2017. Rahman mengatakan dari 2.500.000 per orang menghasilkan lebih dari 10 ribu rupee India setiap tahun. Jika biaya umroh ditambahkan, jumlahnya akan menjadi sekitar 15 riburupee India.
Alih-alih mengkritik mereka yang menghabiskan uang untuk ibadah haji dan umroh, upaya untuk membantu sistem pendidikan dan pemberdayaan ekonomi harus melibatkan semua Muslim. “Apakah Anda akan mengkritik mereka yang pergi ke Bali, Bangkok, Eropa, dan Amerika untuk liburan? Orang-orang Muslim ini menghabiskan uang untuk mencari pahala dan beramal,” kata anggota Dewan Eksekutif Universitas Muslim Aligarh M Asif Farooqui.
Bahkan ketika perdebatan semakin memanas, kebutuhan untuk mengarahkan dana haji dan umroh untuk amal tidak pernah terasa tidak disukai.