REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Perusahaan Pepsi di Gaza terpaksa menghentikan operasinya pada pekan ini karena pembatasan impor Israel yang diperketat selama perang 11 hari. Dengan gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza, Israel pada Senin mengizinkan dimulainya kembali ekspor secara terbatas dari Gaza.
Namun, Israel tetap memberlakukan langkah-langkah pengetatan pada impor bahan mentah. Ini termasuk gas karbon dioksida dan sirup yang dibutuhkan pabrik perusahaan untuk memproduksi soda Pepsi, 7UP, dan Mirinda.
“Kemarin kami benar-benar kehabisan bahan baku dan sayangnya kami harus menutup pabrik, memulangkan 250 pekerja,” kata pemilik perusahaan Hamam al-Yazeji.
Sebelum pertempuran 11 hari, perusahaan masih diizinkan mengimpor bahan-bahan yang dibutuhkan. Koordinator Kegiatan Pemerintah di Wilayah (COGAT) Israel mengatakan karena situasi keamanan impor bahan baku industri dari Israel ke Jalur Gaza tidak bisa dilakukan. Menurut COGAT, Israel mengizinkan impor lain ke Gaza, termasuk bahan bakar, makanan, obat-obatan, dan peralatan medis.
Israel dan negara tetangga Mesir menjaga kontrol ketat atas perbatasan Gaza dan pembatasan diperlukan untuk menghentikan senjata Hamas dan mencegahnya diproduksi secara lokal. Mesir dan PBB meningkatkan mediasi pada pekan lalu.
Dilansir Al Arabiya, Selasa (22/6), penutupan operasional dapat terjadi pada perusahaan lain, jika pembatasan Israel dipertahankan. Menurut PBB, manufaktur membentuk sekitar 10 persen dari ekonomi yang didominasi sektor jasa Gaza. Pabrik Pepsi Gaza telah beroperasi sejak 1961, ketika Yazeji memperoleh hak memproduksi 7UP dan jenis soda lainnya.
Yazeji menjelaskan produknya didistribusikan secara lokal. Sebuah cabang terpisah beroperasi di Tepi Barat yang diduduki senilai sekitar 30 juta dolar Amerika. Pejabat perusahaan telah membuat rencana merayakan 60 tahun peringatan sebelum penutupan pada Ahad.
Dengan berlinangan air mata, Yazeji berjalan melewati pabriknya yang kosong pada Senin. Bagi dia, penutupan ini sebuah bencana. “Tahun ini seharusnya luar biasa, merayakan 60 tahun sejak kami memulai produksi tapi keadaan justru berbeda,” ujar dia.