Jumat 18 Jun 2021 02:33 WIB

Pengembang Aplikasi Muslim: Data Pelanggan adalah Amanah

Pengembng aplikasi berupaya melindungi data anggota komunitas Muslim.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi Aplikasi Ponsel
Foto:

Banyak pengembang perangkat lunak Muslim khawatir dengan kemungkinan data pribadi Muslim terungkap dalam pelanggaran data. Apakah itu kebocoran umum data pengguna, atau bagian dari peretasan yang ditargetkan atau kampanye pelecehan oleh kelompok anti-Muslim. Mereka juga berhati-hati untuk mengambil bagian dalam industri penjualan data pribadi bernilai miliaran dolar.

Bagi Muslim, masalah privasi digital juga sangat terkait dengan ketakutan akan pengawasan pemerintah dan Islamofobia. Program kontra-ekstremisme dan intelijen invasif pasca-9/11, seperti proyek mata-mata rahasia Departemen Kepolisian New York dan jaringan informan federal, membebani pikiran banyak pemuda Muslim.

Pada November 2020, beberapa bulan sebelum Salah Space diluncurkan, Vice News menerbitkan investigasi yang mengungkapkan bahwa aplikasi waktu sholat Islam, Muslim Pro dan aplikasi kencan Muslim Mingle termasuk di antara beberapa, yang menjual data lokasi pengguna ke perantara data pihak ketiga.

Data itu, menurut laporan, akhirnya dibeli oleh kontraktor pertahanan Amerika Serikat (AS) sebelum mendarat di tangan militer AS. Sementara Muslim Pro menolak laporan itu. Mereka menyebut laporan itu salah dan tidak benar. Kemudian juga menyatakan bahwa hal itu memutuskan semua hubungan dengan broker data.

Terlepas dari itu, paparan tersebut menyebabkan penghapusan massal aplikasi, dan pergeseran kewaspadaan banyak Muslim tentang privasi digital.

"Komunitas Muslim tahu bahwa mereka berada di bawah pengawasan yang ketat, sejak 9/11 dan bahkan sebelum itu," kata pengacara Electronic Frontier Foundation Saira Hussain.

 

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement