Jumat 04 Jun 2021 05:59 WIB

Mualaf Delfano, Dulu Pembenci Adzan Kini Rindu Makkah

Delfano merasakan kenikmatan saat sholat di Masjidil Haram.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Delfano merasakan kenikmatan saat sholat di Masjidil Haram.
Foto:

Saat itu hanya untuk kebutuhan konten dan ingin bertoleransi merasakan apa yang dirasakan umat Islan saat puasa. Tetapi, setelah menjadi Muslim berbeda.  

Ada rasa tanggung jawab dan kewajiban untuk menjalankan sesuai ajaran Islam. Bahkan, Fano lebih menunggu-nunggu waktu dimulainya berpuasa dibandingkan berbuka puasa itu sendiri.  

"Aku sudah tidak berpuasa sejak usia satu tahun, saat itu pertama kali berpuasa tentu sesuatu yang ditunggu, jika tidak ada kewajiban batal, mungkin aku bisa melanjutkan berpuasa," ujar dia. 

Ketika sahur dan berbuka, Fano harus menyiapkan makanan seorang diri. Karena mamanya sedang menemani kakak perempuannya yang sedang hamil, Fano memutuskan memasak. 

Hidup yang sulit pada masa kecil, tapi kini memiliki segalanya, Fano tetap hidup sederhana. Nasi kecap dan telur goreng masih menjadi makanan favorinya hingga kini.  

Pengalaman menyenangkan juga dirasakannya saat pertama kali Idul Fitri. Bersyukur keluarga yang yang berbeda agama bisa menerima pilihan hidupnya sehingga saat Idul Fitri, Fano bisa berkumpul dengan keluarga.   

Saat pertama kali membahas agama dengan mama, ada keraguan dan kekhawatiran. Karena, dia khawatir mamanya tidak akan menerima keputusan dan menyakitinya 

Namun, Fano mengakui mamanya berpikiran terbuka. Terbukti dengan kakaknya Junio Charies yang lebih dahulu memeluk Islam. 

"Mama sedih dan kecewa saat tahu aku menjadi Muslim, dia kaget, tapi saya serahkan kepada Allah, bersyukur, keesokan harinya mama mau menerima aku menjadi Muslim dan mama tetap sayang denganku," ujar dia. 

Pada 2020, merupakan tahun pertama Fano menjalankan segala hal kewajibannya sebagai Muslim. Meski terkendala pandemi dan harus Sholat Tarawih di rumah, Fano terus belajar untuk mendalami Islam. Fano juga untuk pertama kalinya menjalankan menyembelih kurban dan merayakan Idul Adha.  

Bagi Fano, menjalankan kewajiban sebagai muslim itu bukan menunggu hidayah. Tetapi, Allah sebenarnya telah menunjukkan hidayah melalui cara yang berbeda-beda, hanya saja banyak orang yang tidak memedulikannya. 

Beberapa waktu lalu, ada teman yang memberikan seminar tentang hijrah, tetapi karena Fano menolak kebenaran itu sehingga hidayah belum sampai padanya. 

 

Manusia adalah ciptaan Allah yang berakal dan berpikir sehingga tugas manusia adalah untuk mencari kebenaran. Terkait agama tidak harus menjelekkan agama lain, tetapi individu tersebut yang harus mencari kebenaran dan Islam bagi Fano adalah kebenaran tersebut. 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement