Jumat 04 Jun 2021 05:59 WIB

Mualaf Delfano, Dulu Pembenci Adzan Kini Rindu Makkah

Delfano merasakan kenikmatan saat sholat di Masjidil Haram.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Delfano merasakan kenikmatan saat sholat di Masjidil Haram.
Foto:

 

 

 

  

Setelah tiba pada malam itu, Fano gelisah dan merasa depresi kemudian menghubungi teman-temannya. Tetapi, tidak ada yang datang ke rumah.  

Fano memutuskan untuk menyetir seorang diri berkeliling dan tebersit bahwa yang dia butuhkan saat itu adalah Allah SWT. Dia kembali ke rumah dan menghubungi sahabat yang diakuinya adalah orang yang taat beribadah.  

Temannya kemudian datang dan keduanya berdiskusi. Setelah yakin Fano kemudian bersyahadat di hadapan temannya di rumah. Mereka terus melanjutkan diskusi tentang Islam hingga subuh tiba. Teman Fano yang bernama Benny ini kemudian mengajaknya untuk sholat Subuh di masjid 

Saat itu adalah sholat pertamanya setelah menjadi mualaf. Meski dia sebelumnya bukan Muslim, Fano telah hafal surat al Fatihah.  

Setelah bersyahadat, Fano kemudian bersyahadat kembali secara resmi di Masjid at-Taufiq Semarang bersama Komunitas Cah Hijrah. Setelah memeluk Islam, Fano rutin mengikuti kajian di masjid tersebut.  

Bersyukur, setelah mualaf, Fano juga mendapatkan panggilan Allah untuk umroh tepat lima hari sebelum Arab Saudi menetapkan //lockdown// karena pandemi Covid-19. 

 

Fano menceritakan pengalamannya ketika umroh. Ada rasa yang berbeda meski sebelumnya dia sering berkunjung. Tapi, kali ini dia pergi ke Tanah Suci untuk beribadah bagi dirinya sendiri bukan sebagai pendamping.  

"Ada kenikmatan saat sholat yang rasanya berpuluh kali lipat ketika hanya sholat di rumah, pengalaman ini saya rasakan saat sholat di Masjidil Haram," kata dia menjelaskan.  

Rasa haru dan hati bergetar selalu Fano rasakan ketika sholat di Masjidil Haram, terutama saat Sholat Subuh. Ada kerinduan menanti suara adzan, berbeda ketika Fano belum menjadi Muslim. 

"Aku sempat menghina adzan dan menganggap adzan itu sangat mengganggu. Adzan terlalu berisik bagi aku dahulu, tetapi kini suara adzan adalah suara yang aku rindukan," ujar dia. 

Begitu juga ketika puasa Ramadhan pertama kali. Sebelum menjadi Muslim, Fano juga pernah menjalankan puasa Ramadhan walaupun tidak penuh selama satu bulan.  

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement