Gelombang kedua mualaf dari orang Afrika Amerika terjadi pada awal 1990an, didorong oleh pengaruh film "Malcolm X," globalisasi dan keunggulan beberapa Muslim dalam budaya hip-hop. Seiring bertambah tua usia anggota gelombang pertama, banyak masjid Afrika-Amerika kesulitan untuk tetap buka.
"Menyusul kematian Warith Deen Mohammed pada 2008, komunitas itu tidak pernah menyusun kembali dirinya sendiri dan itu telah menjadi penghalang bagi pertumbuhan komunitas Muslim Afrika-Amerika. Pertobatan (mualaf) orang Afrika-Amerika, sementara itu sedang berlangsung, telah mendatar, terutama di masjid-masjid Afrika-Amerika," tambah Bagby.
Laporan tersebut tidak termasuk masjid yang digunakan oleh kelompok minoritas Muslim seperti Nation of Islam, Ahmaddiyya atau jamaah Ismaili, sebagian karena Bagby tidak dapat memperoleh data yang relevan. Kehadiran di masjid-masjid tetap kuat khususnya di antara demografis usia 18-34 dan jauh lebih kuat daripada demografis di antara kelompok-kelompok Yahudi dan Kristen.
"Rekan-rekan saya yang bekerja di jemaat Yahudi dan Kristen mengatakan untuk menikmatinya selama itu berlangsung, bahwa ini tidak berkelanjutan. Saya pikir terlalu dini untuk mengatakan penurunan jangka panjang tidak dapat dihindari atau ditentukan sebelumnya," ujarnya.