Ahad 30 May 2021 06:58 WIB

Buya Hamka, 110 Tahun Thawalib: Dari Surau Menuju Pergerakan

Buya Hamka menempuh pendidikan di sebuah lembaga modern pertama, Thawalib

Buya Hamka dan istrinya Siti Raham
Foto:

Oleh : Deni Al Asyari, Direktur Utama Suara Muhammadiyah/Alumni Thawalib Padang Panjang

Keberadaan jaringan perguruan Thawalib di berbagai daerah, telah mengubah tradisi pendidikan yang berbasis tradisional ke arah model pendidikan berbasis modern. Dan pada saat itulah, Thawalib melahirkan banyak ulama yang kemudian menjadi bagian dari pergerakan Islam yang penting di wilayah Sumatera.

Perkembangan model pengelolaan pendidikan Thawalib yang berbasis pengajaran modern di Sumatera ini, pada akhirnya sampai informasinya ke telinga KH Ahmad Dahlan, yang pada saat itu baru saja mendirikan organisasi Muhammadiyah Di Yogyakarta. 

Sementara sisi lain, ulama sumatera juga mendengar KH Ahmad Dahlan mendirikan Organisasi Muhammadiyah di Yogyakarta. Sehingga, para ulama Thawalib datang berkunjung ke Yogyakarta untuk belajar tentang Muhammadiyah, agar organisasi ini juga bisa didirikan di Sumatera. Sementara KH Dahlan pun juga ingin belajar bagaimana mendirikan dan mengelola lembaga pendidikan modern.

Akhirnya selain Muhammadiyah kemudian mendirikan banyak lembaga pendidikan modern, ulama thawalib pun pada tahun 1925 mulai mendirikan organisasi Muhammadiyah di tanah Sumatera.

Maka sejak keberadaan Muhammadiyah di Sumatera tersebut, lembaga pendidikan pun juga semakin berkembang. Menurut Azyumardi Azra, pada tahun 1933, sudah berdiri sekolah Muhammadiyah sejumlah 122 sekolah dengan jumlah murid 5.835 orang. Dan ini belum termasuk sekolah-sekolah yang didirikan oleh Thawalib dan organisasi lainnya.

Fakta ini menunjukkan, bahwa kebangkitan sekolah di Sumatera, tidak lepas dari kebangkitan Thawalib dari yang dulunya Surau, menjadi madrasah atau sekolah berbasis modern

Pada akhirnya, Thawalib, bukan saja dilihat sebagai sebuah lembaga pendidikan tradisional yang berbasis surau, namun thawalib melakukan transformasi menjadi sebuah lembaga pendidikan yang berbasis pemikiran dan gerakan.

Maka pada usia yang ke 110 tahun ini, Thawalib harus mampu mengambil hikmah dan pelajaran penting dari perjalanan pembaharuan sejarah thawalib. Agar pada abad kedua ini, thawalib mampu menjadi lembaga pendidikan yang mampu menjawab berbagai tantangan perubahan zaman. 

Dan sebagai akhir kata, tidak ada yang tepat selain ucapan tahniah atas perjalanan panjang 110 tahun, sekolah pergerakan ini, yaitu Perguruan Thawalib Padang Panjang.

*Direktur Utama Suara Muhammadiyah/Alumni Thawalib Padang Panjang

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement