Shaima berada di tahun ketiga universitas dan ditetapkan untuk menjadi seorang dokter gigi. Profesor dan koleganya mengatakan dia cerdas dan memimpikan hari kelulusannya guna memulai kariernya.
Diputuskan Shaima dan Anas akan menikah setelah Idul Fitri, tetapi serangan Israel menghancurkan segalanya. Yang tersisa adalah darah, puing-puing, dan banyak hadiah pertunangan yang terserak. Setelah kisah cinta yang berlangsung hampir tiga tahun dijalankan, kata-kata terakhir Al-Ouf kepada Al-Yazji di telepon adalah "Saya takut,".
“Saya memintanya mengungsi di tempat yang aman, kemudian terjadi ledakan besar dan dia wafat. Dia ada di surga,” kata dia.
Muhannad Al-Nawati dan istrinya Hiba Harzullah kehilangan semua hadiah pernikahan mereka. Baik itu pakaian, peralatan, maupun hadiah lainnya lenyap dan kini berada di puing-puing rumah keluarga Harzullah, di samping gedung Kuhail, yang menjadi sasaran serangan udara Israel yang meratakannya.
Pasangan itu berdiri memandang dengan tak percaya pada apa yang tersisa dari gedung tujuh lantai, yang telah runtuh di rumah sederhana Harzullah, mengubur impian sederhana mereka. Al-Nawati mengatakan pesta pernikahan yang dijadwalkan setelah Idul Fitri ditunda tanpa batas waktu karena apa yang terjadi.