Ahad 23 May 2021 15:11 WIB

Inilah Kisah Kamp Yahudi di Tangerang di Zaman Jepang

Kisah Kamp Yahudi di Tangerang di Zaman Jepang

Pusat Penahanan Pemuda Tangerang di Jawa Barat sebelum Perang Pasifik. Pada masa pendudukan Jepang tempat ini menjadi kamp interniran bagi orang Eropa pegawai Hindia Belanda yang banyak di antaranya penganut dan kaum Yahudi.
Foto:

                        *****

Kisah hidup sebagian orang Yahudi yang hidup di kamp di Tangerang dikisahkan secara detil dalam laman boudewynvanoort.com. Kisahnya itu begini:

Kamp Tangerang itu adalah kamp konsentrasi Perang Dunia II. Tempatnya merupakan penampungan wanita dan anak-anak di Jawa.

Sejarah dan lokasi kamp sebelum pecah Perang Pasifik adalah  pernah berfungsi sebagai pusat penahanan pemuda. Letaknya sekitar dua-tiga km timur laut kota Tangerang. Bila dari batavia dengan sendirinya terletak sekitar dua puluh delapan kilometer di sebelah baratnya.

Diperkirakan kapastitas kamp itu hanya untuk 300 orang saja. Di sana ada dua belas asrama dan sekitar dua ratus sel. Selama perang, tentara pendudukan Jepang mengubahnya menjadi kamp konsentrasi wanita dan anak-anak untuk tahanan bermasalah.

Para penghuni 'tahanan bermasalah' itu  termasuk istri mantan para pejabat tinggi di pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Bagi adminsitrasi bala tentara Jepang para . Mereka tidak cocok menapat perlakuan khusus dan dimasukan dalam kategori "non-Asia" yang oleh Jepang dinyatakan tidak disukai di 'imperium' Asia Timur mereka yang baru.

Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Foto-foto Orang Belanda di Kamp Pendudukan  Jepang di Indonesia? - Cekfakta Tempo.co

Kamp ini berada di bawah kendali Kapten Sonei Kenichi. Dia terkenal kejam dan memang menguasi kam tersebut bersama kamp-kamp lain di wilayah Batavia. Sone-lah yang menentukan siapa yang harus dihukum 'interniran' (diangsingkan) di Tangerang.

Sungguh ironis, jarak dari Batavia tak melindungi para napi Tangerang dari siksaannya.

Namun ada sedikit keuntungan lain kala orang Eropa ditahan di Tangerang. Persediaan air tetap baik selama perang, dan fasilitas toilet, meski primitif terus berfungsi. Tanah di sekitar bangunan juga menyediakan ruang untuk berkebun sayur mayur.

Bila dipandang dari sudut pandang ini, kamp interniran di Tangerang, jauh lebih baik dari pada kamp orang Eropa di kawasan Tjideng, Batavia. Situasi kamp di Tjideng jauh lebih buruk.

Pada suatu waktu, satu kelompok kaum 'internira' terkemuka datang dari Surabaya. Namun skema Jepang untuk menjadikannya sebagai rumah bordil dengan gadis-gadis muda berhasil digagalkan. Bagi mereka Tangerang seharusnya cukup menjadi bentuk tempat hukuman saja.

Saat Hindia Belanda Takluk kepada Jepang, Kisah Dimulai Dari Bandung -  Tribun Jogja

Kamp Penjara Tangerang juga menampung beberapa wanita dan anak-anak Irak dan Yahudi. Ini dilakukan usai pihak berwenang Jepang memutuskan bahwa mereka sebenarnya bukan orang Asia.

Di kamp tersebut, fasilitas tersebut juga diperuntukan unuk menampung sejumlah kecil istri dan anak PNS senior pemerintahan Hindia Belanda.

Pada akhir tahun 1944 populasinya telah berkembang menjadi 1.870 wanita dan anak-anak. Seluruh daftar interniran di kamp Tengarang itu kini telah diarsipkan. Kemudian kamp tersebut dibersihkan dan pada saat perang berakhir (Agustus 1945). Kala itu semua wanita dan sebagian anak-anak telah dipindahkan ke kamp-kamp lain di BataviaKamp Interniran] Nasib Belanda Ditangan Jepang dan Bangkitnya Perlawanan  Bangsa Indonesia

Kamp Interniran] Nasib Belanda Ditangan Jepang dan Bangkitnya Perlawanan  Bangsa Indonesia

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement