Ahad 23 May 2021 05:07 WIB

Nestapa Muslim Uighur, Sembunyi di Pakistan Kabur dari China

Muslim Uighur bersembunyi di wilayah Pakistan dari penindasan China

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nashih Nashrullah
Muslim Uighur bersembunyi di wilayah Pakistan dari penindasan China. Muslim Uighur di China
Foto:

Banyak orang Pakistan setuju dengan Imran Khan dan melihat CPEC sebagai kemenangan ekonomi yang sangat besar bagi Pakistan. Tetapi beberapa kritikus khawatir CPEC adalah 'diplomasi jebakan hutang' dari China, atau dengan kata lain Pakistan diberi pinjaman yang China tahu tidak akan pernah bisa membayarnya kembali. 

Karena CPEC, Niaz Ghafoor khawatir dia dan keluarganya tidak aman di Pakistan.  Pihak berwenang Pakistan mengancam akan mengirim dia dan keluarganya kembali ke China dimana mereka akan dipisahkan dan dimana Ghafoor, istri dan anak remajanya akan dikirim ke kamp.  

Umer Khan mencoba menemukan tempat berlindung yang aman bagi mereka di negara lain seperti Turki atau bahkan Afghanistan. Tetapi China telah membuat proses imigrasi hampir tidak mungkin bagi orang Uighur dengan paspor China, dengan menyita atau tidak memperbarui dokumen perjalanan mereka. Khan memohon bantuan PBB.  

Pihak berwenang Pakistan juga mulai mengumpulkan data biometrik tentang semua orang Uighur yang tinggal di Pakistan. Khan memegang dokumen yang dibagikan kepada rumah tangga di Islamabad, kuesioner menanyakan tentang afiliasi agama dan sejarah keluarga.  

"Bagi kami ini lebih berbahaya daripada peluru atau bom. Mereka ingin melihat berapa banyak 'Uighur asli' yang ada dan dapat dikeluarkan dari Pakistan," kata Khan.

Lijian Zhao, Wakil Kepala Misi di Kedutaan Besar China di Islamabad, percaya Khan dan orang Uighur lainnya di Pakistan adalah bagian dari Gerakan Islam Turkestan Timur (ETIM), sebuah kelompok separatis yang bertanggung jawab atas beberapa serangan kekerasan di China seperti serangan tahun 2005 di Urumqi, di wilayah Xinjiang.

"Gerakan Islam Turkestan Timur adalah organisasi teroris yang diakui Dewan Keamanan PBB. Agenda utama mereka adalah memisahkan Xinjiang dari China." kata Zhao.

Pada 2015 di bawah tekanan China, polisi Pakistan masuk ke sekolah bahasa Uighur milik Khan di Islamabad dan menghancurkan komputer, buku teks, dan bahan pengajaran lainnya senilai ribuan dolar. 

Pada tahun yang sama polisi memasuki rumah Khan mencarinya. Dia sedang keluar pada saat itu, sehingga mereka menangkap ayahnya yang sudah tua.  Mereka mendorongnya ke tanah dan memukulinya.

Ayahnya meninggal tak lama setelah itu, menurut Khan, trauma peristiwa ini menjadi penyumbang kematiannya. Sejak kejadian ini Khan telah ditangkap dan dipukuli berkali-kali oleh pihak berwenang Pakistan. 

"Anggota keluarga saya mendatangi saya dan memohon saya untuk menghentikan pekerjaan ini. Tetapi saya tidak bisa. Membantu orang adalah panggilan hidup saya dan saya harus melanjutkan." kata Khan. 

Khan tidak sendirian dalam perjuangannya melawan China. Balochistan Liberation Army (BLA), kelompok separatis yang berjuang untuk kemerdekaan dari Pakistan, melakukan serangkaian serangan kekerasan terhadap target terkait CPEC dalam beberapa tahun terakhir.  

Menurut mereka, proyek One Belt One Road semata-mata untuk memperkuat hegemoni militer China di kawasan.  

Taliban dan ISIS juga berperan dalam penculikan dan pembunuhan imigran China di Pakistan. 

Dalam beberapa bulan terakhir proyek CPEC mulai meningkat kembali.  Akibatnya, otoritas Pakistan baru-baru ini meningkatkan pengawasan dan pelecehan terhadap Khan dan keluarganya.

Sementara Khan bersumpah untuk terus memperjuangkan hak-hak Uighur dan terus membantu keluarga Uighur yang teraniaya di Pakistan seperti keluarga Ghafoor, saat ini Khan terpaksa bersembunyi. "Kami takut Pakistan akan menjadi koloni China pada akhirnya. China akan mengatakan 'CPEC milik kami'." kata Khan.

 

Sumber: vice

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement