REPUBLIKA.CO.ID, BALI – Pendakwah asal Yogyakarta, KH Miftah Maulana Habiburrahman atau lebih dikenal dengan Gus Miftah mengungapkan bahwa di antara hal yang menjadi penyebab Indonesia masih terpecah belah sampai saat ini adalah karena belum memahami arti bhineka.
“Masyarakat bangsa Indonesia kebanyakan tidak memahami arti bhineka, sehingga banyak kita jumpai di Indonesia adanya perpecahan yang diakibatkan diskriminasi agama," ujar Gus Miftah dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Kamis (20/5).
Sejak masih duduk di bangku SD, Gus Miftah sendiri mengaku sudah diajarkan untuk mencintai negara melalui pelajaran PMP kebangsaan. Saat itu, dia juga sudah diperintahkan untuk menghafal nama-nama pahlawan dan menghafal lagu-lagu kebangsaan. Dengan begitu, menurut Gus Miftah, maka tidak akan mudah diprovokasi dengan isu SARA.
Menurut Gus Miftah, sampai saat ini yang mampu mempersatukan Indonesia adalah Pancasila. Menurut dia, inilah yang membedakan Indonesia dengan negara-negara lainnya.
“Apa yang mempersatukan itu rasa senasib sepenanggungan, satu idiolegi yang sama yaitu Pancasila. Pancasila sampai saat ini mampu menjadi alat pemersatu,” ucapnya saat menjadi pembicara dalam acara "Silaturahmi Kebangsaan Demi Merawat Kebhinekaan dan Keutuhan NKRI" di Gedung Perkasa Raga Garwita Polda Bali, Kamis (20/5).
Acara tersebut juga dihadiri Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Bambang Soesatyo, Kapolda Bali Irjen Pol Putu Jayan Danu Putra, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, dan perwakilan mahasiswa yang tinggal di Bali.
Sementara itu, Kapolda Bali, Irjen Pol Putu Jayan Danu Putra, mengatakan Indonesia merupakan bangsa yang tangguh. Dia pun mengajak untuk menjadikan Pulau Bali sebagai wajah keberagaman dan kemajemukan Indonesia pada tingkat regional maupun internasional.
"Kita jaga Bali yang memiliki julukan the island of tolerance, the island of gods, the island of peace and love dan the island of paradise, dengan tetap meng-ajeg-kan budaya lokal tanpa menutup diri dari budaya lain maupun budaya internasional pada kehidupan sosial masyarakat Bali,” jelasnya.