Al-Sayed yang telah meliput pengeboman Israel untuk Aljazirah dan telah bekerja untuk AP mengatakan dia tidak dapat memahami ancaman apa yang dapat ditimbulkan oleh sebuah bangunan yang menampung keluarga dan kantor pengacara, dokter, dan pekerja media. Sampai saat ini belum ada laporan tentang korban jiwa.
Namun, yang tersisa hanyalah puing-puing menara al-Jalaa dan kenangan. “Kenangan bertahun-tahun bekerja di gedung ini, tiba-tiba semuanya menjadi puing-puing. Lenyap begitu saja,” ucap al-Kahlout.
Dilansir Aljazirah, Ahad (16/5), al-Jalaa dibangun pada pertengahan 1990-an yang merupakan salah satu gedung tinggi tertua di Kota Gaza. Pengeboman al-Jalaa yang dikutuk banyak orang sebagai upaya membungkam wartawan yang meliput serangan Israel terjadi hanya beberapa jam setelah serangan udara Israel di kamp pengungsi Shati.
Kejadian itu menewaskan 10 anggota keluarga yang terdiri dari delapan anak dan dua wanita. Setidaknya 145 warga Palestina, termasuk 39 anak-anak gugur di Jalur Gaza sejak serangan udara Israel di wilayah pesisir Palestina dimulai pada Senin. Sementara sekitar 950 lainnya terluka.
https://www.aljazeera.com/news/2021/5/15/give-us-10-minutes-how-israel-bombed-gaza-media-tower