Sabtu 08 May 2021 03:00 WIB

Bangkitnya Muslim Kulit Hitam di Pittsburgh

Pittsburgh menawarkan pusat energi intelektual, spiritual dan sosial.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Agung Sasongko
Pemakaman Islam di Pittsburgh, AS
Foto:

Saat Ini

Bertahun-tahun setelah Ibrahim Deen meninggal, istrinya, Maneera Deen, menulis memoar tentang pengalaman keluarganya.

Lahir di Adelaide Douglas dari keluarga Kristen konservatif, Maneera Deen tidak memiliki alasan yang jelas untuk masuk Islam. Itu tabu secara sosial. Itu akan menciptakan ketegangan dalam keluarganya. Itu akan membuatnya menjadi minoritas ganda yakni orang lain di dalam orang lain. 

Namun dia tetap membuat keputusan. Dalam memoarnya, dia mencatat kepemimpinannya sendiri di komunitas Muslim awal Pittsburgh, pekerjaan sukarela dengan Klub Bulan Sabit Merah, sebuah badan amal Muslim, dan perannya menjadi tuan rumah kelompok doa di rumahnya.

Abdullah membalik halaman memoar tulisan tangan itu dengan hati-hati. Mungkin, dia berspekulasi, melihat tulisan yang pudar, peralihannya ke Islam terasa lebih seperti kembali 'migrasi alami' ke tempat leluhur. 

Dia mengakui, mungkin itu hanya proyeksi dari keyakinannya sendiri. Saat ini, hampir satu abad setelah Ibrahim Deen tiba di Pittsburgh, Abdullah adalah pendiri dan Direktur Islamic Historical Society of North America, sebuah komunitas online yang didedikasikan untuk melestarikan dan berbagi sejarah Islam Hitam, terutama varietas ortodoksnya. 

Pada 1950-an dan 60-an, Malcolm X dan Muhammed Ali membantu mempopulerkan Nation of Islam, sebuah gerakan nasionalis kulit hitam militan yang sejak itu, terkadang, ditetapkan sebagai kelompok supremasi. Abdullah merasa keunggulan bangsa di mata publik menutupi sejarah Islam kulit hitam ortodoks yang lebih panjang dan lebih kompleks. Dia ingin memulihkan cerita lain itu.

Proyeknya saat ini adalah arsip digital foto keluarga. Proyek impiannya? Museum fisik yang didedikasikan untuk melestarikan sejarah awal Muslim kulit hitam di Pittsburgh.

 

Dia berharap karyanya sebagai sejarawan memberikan visibilitas pada cerita yang perlu didengar. Pengetahuan seharusnya tidak hanya bersifat teoritis. "Semoga dapat bermanfaat bagi orang-orang dengan cara yang konstruktif," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement