Rabu 05 May 2021 15:32 WIB

Survei: 61 Persen Siswa Muslim Pernah Alami Perundungan

Mayoritas siswa Muslim di Massachusetts pernah menjadi korban perundungan

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Mayoritas siswa Muslim di Massachusetts pernah menjadi korban perundungan. Praktik bullying oleh siswa di sekolah (ilustrasi)
Foto:

Hampir 17 persen melaporkan hijab mereka sendiri ditarik atau disentuh secara ofensif. Sedangkan 30 persen siswa Muslim yang disurvei mengatakan bahwa mereka telah mengubah penampilan, perilaku, atau nama mereka untuk menyembunyikan identitas Muslim mereka.

"Saya di sekolah menengah, seorang pria menarik hijab saya dan saya terlalu takut untuk memberitahu siapa pun,” kata salah satu siswa Muslim yang disurvei. 

“Saya di kelas 10 ketika itu terjadi, itu adalah hari mengenang 9/11,  salah satu siswa menghubungkan saya dengan serangan itu dan terus mengikuti saya dan memanggil saya putri Osama,” kata siswa lain. "Penindasan adalah sesuatu yang dianggap enteng di sekolah kami," kata siswa ketiga.  

“Meskipun mungkin tidak ada penindasan fisik, ada penindasan sehubungan dengan komentar dan ejekan dari teman sekelas. Menurut pendapat saya, saya merasa bahwa penindasan terhadap siswa Muslimtidak dianggap seserius," jelas siswa ketiga kembali. 

Dalam laporannya, Council on American-Islamic Relations (CAIR) menjabarkan rencana anti-perundungan untuk keluarga dan sekolah guna melindungi siswa, termasuk undang-undang Massachusetts yang melindungi kaum muda dari perundungan. Pasca-9/11, kelompok itu menulis, mahasiswa MuslimAmerika sering dipaksa untuk mempertahankan identitas agama mereka, yang seringkali dilemahkan oleh kesalahpahaman stereotip tentang Islam dan Muslim. 

Salah satu hal utama yang dapat dilakukan oleh guru dan administrator sekolah untuk membuat sekolah menjadi lingkungan yang aman bagi siswa Muslimadalah menanggapi laporan intimidasi dengan serius.  

Sebagai siswa sekolah dasar setelah serangan 11 September, Jordan Ahmed ingat merasa perlu menyembunyikan identitas Muslimmereka dari teman sekelas. 

“Saya baik di depan umum maupun di sekolah berpikir, 'Oke, saya tidak bisa berbicara tentang menjadi seorang Muslim lagi. Dan itu mengarah pada perjuangan selama puluhan tahun dengan, Akan menjadi apa saya dengan memiliki identitas Muslim saya?" kata Ahmed, pengurus komunitas Muslim Justice League yang bekerja dengan guru, orang tua, dan siswa setempat. 

Ahmed ingin anak muda saat ini tahu tidak ada yang salah dengan identitas Muslimmereka. Setiap anak bisa menjadi Muslim yang terbuka dan bangga. Dan jika merasa diintimidasi karena identitas Muslim maka beranilah untuk bicara. 

"Jangan merasa seperti anda hanya perlu diam. Beri tahu orang-orang, dan jika orang tidak mempercayai Anda, beri tahu orang lain. Beritahu siapa pun yang Anda percayai dalam hidup Anda," ujar dia. 

 

 

Sumber: bostonglobe

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement