"Kita melakukan kajian mendalam, terhadap data 229 juta tadi itu, terutama dari para organisasi pemuda Islam dan tokoh-tokoh pemuda. Sehingga sampailah kita pada data yang akurat tersebut," ujar wakil ketua umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) itu.
Syafruddin menjelaskan, Muslim yang tidak bisa membaca Alquran ada di berbagai kalangan usia. Mulai dari usia anak-anak, pemuda 20-30 tahun, hingga lansia.
Karena itu, Yayasan Indonesia Mengaji mendorong menghasilkan satu juta hafiz Alquran. Ini sekaligus melanjutkan cita-cita almarhum Syekh Ali Jaber dan para tokoh Islam yang sedang berjuang di jalan itu.
"Sekolah mengaji untuk kalangan pemuda usia 20-30 tahun itu tidak ada, apalagi lansia. Maka kita harus mendorong di semua lini, bukan hanya di kalangan anak-anak, tetapi juga di level pemuda dan lansia. Itu yang menjadi kegelisahan kita," ungkap dia.
Syafruddin berharap, pengentasan buta aksara Alquran ini bisa dientaskan dalam 5 tahun ke depan dengan capai 15-20 persen. Sehingga pada 5 tahun selanjutnya, persentase pengentasan buta aksara Alquran ini bisa mencapai lebih dari 50 persen.