Sabtu 10 Apr 2021 11:25 WIB

Isu Islamofobia, Spanyol Kehilangan Citra Ramah Muslim

Spanyol adalah negara kedua yang paling banyak dikunjungi di dunia setelah Prancis

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Agung Sasongko
Alhambra merupakan sebuah kompleks istana dan benteng peninggalan bersejarah sekaligus bukti jejak peradaban Islam di Eropa.
Foto:

Sebagian besar fokus AviaReps adalah mendidik profesional pariwisata keluar Arab Saudi tentang Spanyol sehingga mereka dapat mengembangkan rencana perjalanan liburan untuk klien mereka.  Perusahaan juga akan mempromosikan Spanyol kepada konsumen dan menjangkau aliansi dan grup melalui pemasaran dan kemitraan digital.

Tapi, bisakah peningkatan Islamofobia baru-baru ini di Spanyol berpotensi menggagalkan upaya pemasaran?

Spanyol adalah negara kedua yang paling banyak dikunjungi di dunia setelah Prancis sebelum wabah virus corona, menyambut 83,7 juta turis pada 2019, dan memecahkan rekor jumlah turis selama tujuh tahun berturut-turut. Namun, pandemi melumpuhkan pariwisata menjadi 19 juta pada 2020 atau hampir 77 persen penurunan, menurut Institut Statistik Nasional.

"Dalam beberapa bulan terakhir, kami telah melihat gelombang baru dalam wacana Islamofobia dan xenofobia dari aktivis dan politisi sayap kanan, terutama di Prancis, tetapi juga di Spanyol," ujar Direktur Hubungan Internasional di Instituto yang berbasis di Córdoba, Dr Barbara Ruiz-Bejarano.

Kondisi di Spanyol, sebuah partai politik sayap kanan disebut memang semakin vokal dalam sentimen anti-Islamnya. Studi terbaru Kementerian Dalam Negeri tentang kejahatan rasial tidak menyebut nama Islam, tetapi melaporkan 66 kasus berdasarkan keyakinan atau praktik agama pada 2019 dan 596 kasus berdasarkan rasialisme dan xenofobia. Plataforma Ciudadana contra la Islamofobia melaporkan 546 kasus terhadap Muslim pada 2017, yang merupakan tahun terjadinya dua serangan teroris di Barcelona.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement